Biocommunication dalam Praktik Teknologi Pendidikan
unpi/pikiran rakyat • Jumat, 25 September 2020 15:11 Wib
Sumber Foto : cnmhealth.com
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Dewasa ini, ilmu komunikasi semakin diminati, khususnya dalam bidang teknologi pendidikan dan pembelajaran.
Dalam perkembangannya, ilmu komunikasi menghasilkan sejumlah pendekatan kolaboratif praktis, di antaranya pendekatan biocommunication.
Biocommunication merupakan sebuah pendekatan baru dalam bidang komunikasi yang dapat diadopsi dalam praktik teknologi pendidikan dan pembelajaran, khususnya pembelajaran digital.
Obyek dari pendekatan ini adalah speed of information processing, dengan wilayah kerja mencakup bagian-bagian spesifik otak seperti prefrontal lobe, frontal lobe, temporal lobe, parietal lobe, occipital lobe, dan central lobe, baik belahan kiri maupun kanan.
Sebagai ilustrasi, pada semua bagian spesifik otak tersebut ketika mengolah sebuah pesan tertentu maka terjadi aktivitas dalam bentuk perilaku intrapersonal communication.
Selanjutnya, ketika individu mampu memproduksi informasi dengan cepat, maka ia akan menggunakannya dalam praktik interpersonal communication.
Baik intra maupun interpersonal, keduanya akan dialami dan dilakukan dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
'Biocommunication' dalam Praktik Teknologi Pendidikan merupakan karya yang ditulis oleh Prof. Dr. Deni Darmawan, M.Si dalam pengukuhan guru besar Universitas Pendidikan Indonesia 06 Agustus 2020.
Dalam perkembangannya, keberadaan pendekatan biocommunication pada praksis teknologi pendidikan dapat diilustrasikan pada dua perspektif.
Perspektif pertama yaitu pada proses pengolahan informasi pembelajaran yang terjadi pada produk teknologi pendidikan.
Contohnya, ketika pesan pembelajaran diprogram dan masuk ke dalam database model computer assisted instruction (CAI).
Pada saat peserta didik menggunakan model CAI tersebut, ia akan memanggil data dan informasi dbase konten pembelajaran dengan cepat melalui sejumlah menu yang disediakan, maka saat itulah pendekatan biocommunication akan bekerja.
Perspektif kedua, letak dan peran biocommunication terdapat pada sistem kerja bagian-bagian spesifik otak kiri dan otak kanan (prefrontal, frontal, temporal, parietal, parasagittal, dan central), ketika menerima, mengolah, menyimpan dan memanggil kembali informasi pembelajaran yang dialami individu pembelajar.
Sampai saat ini, pendekatan biocommunication telah dimanfaatkan pada sistem kerja artificial intelligence (AI).
Pada dasarnya, AI ini merupakan gabungan dari kerja otak dengan sistem teknologi yang dirancang manusia.
Kekuatan dari biocommunication telah pula menjadi landasan dalam sejumlah produk teknologi pendidikan dan pembelajaran, seperti (1) computer based learning; (2) machine learning; (3) mobile learning; (4) augmented learning; (5) virtual reality learning, dan (6) blended learning bahkan virtual hologram learning.
'Biocommunication' pada era “digital learning'
Ketika sedang mengajar, sering kita tidak mudah memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan peserta didik.
Fenomena tersebut dapat dianalisis melalui pendekatan biocommunication sebagaimana yang telah saya teliti melalui analisis kecepatan bagian spesifik otak mulai dari prefrontal, frontal, temporal, parietal, occipital, dan central lobe, baik yang terletak pada belahan otak kiri maupun otak kanan.
Semua bagian spesifik otak tersebut akan bekerja dengan cepat jika stimulus yang diterima oleh pancaindra peserta didik diproduksi melalui praktik-praktik teknologi pembelajaran.
Sebagai ilustrasinya bagaimana information processing ini terjadi pada peserta didik, berikut alurnya, yaitu dimulai dari pembelajar menerima sejumlah pesan pembelajaran yang diterima oleh pancaindra visual dan audio, kemudian diproses oleh bagian spesifik otak yang dimulai dari prefrontal dikirim ke frontal lobe, kemudian dikirim ke temporal lobe untuk disesuaikan dengan apa yang didengarkan, selanjutnya dikirim ke parietal lobe untuk diberi definisi dan dikirim ke occipital lobe untuk dipahami definisinya. Setelah itu digabungkan hasil pekerjaannya di central lobe yang mempertemukan belahan otak kanan dan kiri. Produk akhirnya dikirim dan disimpan di short term memory (STM).
Agar pembelajar ini tidak lupa maka informasi yang sudah dipahami akan disimpan di long term memory (LTM).
Supaya menjadi sebuah pengetahuan, dilakukan retrieval atau dipanggil kembali sehingga dapat digunakan untuk menganalisis fenomena lainnya. Kecepatan belajar seperti inilah yang dibutuhkan dalam praktik teknologi pendidikan, khususnya dalam pengembangan sistem pembelajaran digital.
Akhirnya, pada tataran praksis, pendekatan biocommunication diharapkan mampu memberikan acuan bagi para pendidik dalam mendesain, menerapkan, menilai dan mengembangkan produk teknologi pendidikan yang berbasis digital learning secara lebih manusiawi.
Di masa yang akan datang, semua produk rekayasa teknologi pendidikan akan terwujud dalam bentuk hypertutorial through biocommunication dalam kerangka membangun community digital learning sebagaimana yang dicanangkan Kemendikbud.