Teknologi Kecerdasan Buatan Semakin Canggih, Ghost Work Bisa Ancam Pekerja Manusia
unpi/kompas.com • Senin, 10 Agustus 2020 17:10 Wib
Sumber Foto : sobrevivirrhhe.com
UNPI-CIAJUR.AC.ID - Istilah ghost work (pekerjaan hantu) muncul seiring dengan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan atau intelijen artifisial (Artifitial Intelligent atau AI).
Tanpa disadari saat ini manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sangat berdekatan dengan ghost work tersebut, dan itu mengancam pekerja manusia.
Hal ini disampaikan oleh peneliti utama senior di Riset Microsoft dan Indiana University, Mary L Gray dalam acara EmTech Asia 2020, yang diselenggarakan oleh Koelnmesse Pte Ltd dan MIT Technology Review, Selasa (4/8/2020).
Apa itu ghost work ?
Mary menuturkan, ghost work atau pekerjaan hantu yang dimaksudkan bukan mendeskripsikan pekerjaan itu sendiri, melainkan kondisi pekerjaan tersebut.
Dengan kata lain, ghost work ini lebih berfokus pada pekerjaan yang berbasis tugas dan pembuat konten yang dapat disalurkan melalui internet, atau melalui program aplikasi saja.
Jenis pekerjaan yang dimaksud Mary mengenai ghost work ini mencakup memberi label, mengedit, memfasilitasi atau fasilitator, mengolah atau memilah informasi, serta menyebar luaskan informasi atau konten.
Namun, pada mekanismenya pekerjaan itu dilakukan oleh algoritma yang ada di sistem Kecerdasan Buatan. Bukanlah pekerja manusia.
Diakui Mary bahwa di satu sisi pekerjaan hantu atau ghost work oleh Artifitial Intelligent ini memberikan banyak manfaat bagi manusia, terutama industri.
Di antaranya seperti memungkinkan pekerjaan dapat dilakukan dengan waktu yang lebih fleksibel, dan dapat dilakukan di mana saja meskipun jaraknya jauh sesuai dengan tugasnya.
Tetapi, cara kerjanya umumnya berdasarkan kontrak dan dengan akses yang harus terpenuhi yaitu internet. Hal inilah yang banyak dikerjakan oleh masyarakat saat ini, serta sangat terasa dan dapat disadari bahwa ghost work ini berlangsung di tengah pandemi Covid-19 ini.
Mary menegaskan bahwa inilah yang sebenarnya tenaga kerja tapi tidak terlihat, dan pekerja manusia semakin berkurang karena digeser oleh ghost work Artifitial Intelligent ini.
Seperti diketahui, saat ini kemajuan dan perkembangan teknologi kecerdasan buatan AI telah mampu menggantikan berbagai kemampuan dari manusia.
Pasalnya, Artifitial Intelligent adalah kecerdasan buatan yang diciptakan di dalam mesin, di mana pengembangan mesin itu diberikan kecerdasan dalam pembelajaran, berpola pikir dan merespon sesuatu layaknya yang dilakukan oleh manusia.
Bahkan dalam beberapa perkembangannya, AI juga seringkali melewati batas wajar kemampuan manusia itu sendiri. Kemampuan inilah yang dianggap sangat bermanfaat dan memiliki peluang yang sangat bagus bagi taraf kehidupan manusia, serta alat revolusioner untuk umat manusia.
Pada beberapa kondisi, kata Mary, kecanggihan dari kecerdasan buatan ini oleh eksekutif teknologi di seluruh dunia menunjuk AI sebagai obat mujarab yang akan menemukan dan menghentikan persoalan seperti berita palsu, pidato kebencian dan bahkan terorisme.
Di mana hal itu, belum tentu bisa dikerjakan oleh manusia secara efektif.
"Namun, di sisi lainnya kita harus melihat betapa banyaknya jenis pekerjaan yang hilang karena Artifitial Intelligent ini," kata Mary.
Dalam pemaparannya Mary mencontohkan pekerjaan di bidang marketing yang banyak tergantikan oleh AI dengan berbagai akses dan komunikasi melalui platform daring.
Pekerja manusia yang biasanya berperan sebagai sales atau komunikan penawar barang atau jasa, penjaga market, kasir dan lain sebagainya yang berkaitan, bisa digantikan dengan ghost work.
Seperti market online, dalam sistem ghost work oleh AI bisa mengambil peran sebagai sales yang menawarkan produk, algoritma di dalamnya juga bekerja langsung ketika ada transaksi pembelian dan pemesanan barang.
Contoh lainnya dari ghost work ini adalah ketika setiap kali Anda melihat rekomendasi tayangan video berikutnya saat menonton Youtube. Sebenarnya, yang terjadi adalah algoritma Youtube atau AI inilah yang bekerja, atas program yang telah dilakukan oleh seseorang programer di belakangnya.
"Yang harus dipikirkan adalah bagaimana menyeimbangkan inovasi AI dengan kehidupan manusia. Market online sekalipun itu tidak cuma butuh AI, tetapi kita manusia butuh sosial," ujarnya.
Pasalnya, AI atau kecerdasan buatan tidak hanya menggantikan posisi atau pekerjaan pekerja manusia saja, tetapi juga cenderung menghilangkan identitas manusia sebagai mahluk sosial yang seharusnya terus bersosialisasi secara tatap muka.