Meristek: Diperlukan Teknologi Tepat untuk Dukung Perubahan di masa pandemi
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro ditengah-tengah hari jadi Telkom University ke-7 mengungkapkan, "Telkom University bisa jadi contoh perguruan tinggi yang berhasil bekerja sama dengan industri yakni, PT. Telkom dan diharapkan bisa terus mengembangkan sayap."
"Saya harapkan kolaborasi tersebut tidak hanya dengan PT Telkom tapi bisa dengan seluruh perusahaan telekomunikasi di Indonesia," kata Bambang, Rabu, 5 Agustus 2020.
Bambang yang menjadi pembicara kunci dalam online gathering bertajuk 'Indonesia Maju Berbasis Riset dan Inovasi Nasional : Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Industri Nasional' yang digelar Tel-U dalam rangka menyambut HUT Republik Indonesia ke-75 dan sekaligus merayakan ulang tahun Telkom University ketujuh, menjelaskan untuk mencapai visi Indonesia pada 2045 diperlukan inovasi-inovasi terbaik yang berasal dari perguruan tinggi yang berkolaborasi dengan pihak industri. Telkom University (Tel-U) sudah melakukannya dengan baik.
Ia berharap semakin banyak inovasi baru lahir dalam dunia telekomunikasi. Dengan begitu, Indonesia bisa menjadi negara berbasis inovasi.
Bambang menambahkan, dalam masa pandemi ini akan ada banyak perubahan dari berbagai sektor. Makanya, diperlukan teknologi yang tepat untuk mendukung perubahan tersebut. Seperti belanja online, hiburan online, pembayaran digital, supply chain 4.0, teleworking, 3d printing, telemedicine, tele-education dan training, sampai teknologi 5G dan ICT
"Dari 10 teknologi tersebut, saya yakin Telkom University bisa menghasilkan inovasi-inovasi yang dibutuhkan selama masa pandemi ini, karena trend itu saat ini sedang terjadi, dan saya percaya dengan kapasitas yang dimiliki Tel-U pasti bisa mencapai itu," ungkapnya.
Dalam pemaparannya, ia menjabarkan tentang empat pilar yang harus dipahami tentang riset dan inovasi.
Pertama, riset yang tepat guna. Ia mengatakan, saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di pedesaan dan di bawah garis kemiskinan. Riset tepat guna ini harus menyasar pada sektor pertanian, perikanan, dan perkebunan.
Kedua, riset dan inovasi harus memiliki nilai tambah dan komersialisasi. Bambang mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah.
"Oleh karena itu, kita tidak ingin mengekspor tambang kita secara mentah, kita ingin Indonesia menjadi pemain utama dalam bidang tambang. Karena apabila bahan tambang seperti biji besi kita ekspor secara mentah, kita tidak akan memiliki industri tersebut," tegasnya.
Pilar ketiga, yakni menggunakan skill yang dimiliki untuk memanfatkan subtitusi impor. Baik itu alat telekomunikasi, alat kesehatan dan sebagainya. Bambang meyakini akademisi Indonesia itu mampu untuk membuat alat sendiri tidak perlu impor.
Pilar keempat, kata Bambang, yakni memiliki teknologi yang maju. "Saya yakin Telkom University sebagai perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia dengan hasil-hasil riset dan inovasi yang baik mampu untuk menciptakan inovasi-inovasi yang up to date," jelasnya.