Kemendikbud: Perlu Percepat Adopsi Teknologi Pembelajaran
unpi/republika • Kamis, 25 Juni 2020 11:20 Wib
Sumber Foto : tweakyourbiz.com
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Syahril mengatakan perlu upaya untuk mempercepat adopsi teknologi pembelajaran.
"Perlu adanya upanya untuk mempercepat adopsi teknologi pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran di rumah semakin meningkat," ujar Iwan.
Hal itu seiring dengan hasil survei yang dilaksanakan Kemendikbud terhadap orang tua dan siswa di seluruh Indonesia.
Survei Kemendikbud dilakukan secara dalam jaringan (daring) dengan responden 38.109 siswa dan 46.547 orang tua pada seluruh jenjang pendidikan di seluruh provinsi di Indonesia dalam rentang waktu 13-22 Mei 2020.
Selain itu, Kemendikbud juga bekerja sama dengan UNICEF dalam melakukan survei melalui layanan sms gratis terhadap 1.098 siswa dan 602 orang tua.
Dari hasil survei yang diselenggarakan pada 18 Mei-2 Juni 2020 tersebut, sebanyak 96,6 persen siswa belajar sepenuhnya dari rumah, baik di wilayah 3T maupun non-3T.
Iwan menjelaskan, tantangan pertama adalah selama ini kentalnya pembelajaran yang berpusat kepada guru.
"Ada sebuah harapan dari survei ini yang bisa kita cermati, yaitu semakin banyaknya siswa yang mulai belajar dari sumber-sumber belajar lain, seperti dari TVRI, atau dari buku, maupun sumber-sumber belajar lain," jelas Iwan, Republika.
Tantangan kedua adalah adopsi teknologi yang semakin dipercepat. Survei mengatakan semakin banyak guru dan siswa yang mulai menggunakan teknologi dalam melakukan pembelajaran. Percepatan itu dinilai cukup menggembirakan karena sudah sejak lama Kemendikbud mendorong adopsi teknologi dalam pembelajaran.
"Dengan adanya pandemi ini, terjadi adopsi teknologi yang signifikan, mulai dari teknologi yang sederhana hingga kompleks," tutur Iwan.
Pembelajaran dari rumah oleh guru dan siswa secara interaktif yang saat ini masih terbatas, sangat dimungkinkan dengan tingginya tingkat penggunaan media sosial sebagai sarana interaksi antara guru dan siswa.
Hal itu juga didukung dengan sudah banyaknya siswa yang menggunakan aplikasi pengelolaan pembelajaran (learning management system) khususnya untuk jenjang SMA dan SMK.
Aplikasi sumber belajar daring sebagai sarana pembelajaran yang mendukung terjadinya personalisasi belajar (personalized learning) telah dimanfaatkan oleh lebih dari separuh siswa. Personalisasi belajar memungkinkan pengalaman belajar yang adaptif, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing anak.
Iwan juga menyampaikan perlunya sosialisasi lebih masif lagi mengenai tidak adanya tuntutan menuntaskan kurikulum selama pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Serta asesmen capaian belajar peserta didik yang tidak harus berbentuk nilai atau skor kuantitatif.
"Relaksasi nilai ini sudah juga termuat dalam Surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 dan diperjelas dengan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor 15 Tahun 2020 bahwa hasil belajar peserta didik selama belajar dari rumah lebih mengutamakan umpan balik yang sifatnya kualitatif. Tidak harus memberikan skor atau nilai yang kuantitatif," pesan Dirjen GTK.