Menristek: Ekosistem Riset Berkembang Selama Pandemi
unpi/republika • Selasa, 23 Juni 2020 10:34 Wib
Sumber Foto : flycatcher.eu
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Pandemi Covid-19 memberikan peluang bagi pembuatan kebijakan berbasis bukti untuk lebih menonjol. Pemerintah Indonesia, universitas dan, lembaga think tank memprioritaskan penelitian di beberapa bidang penelitian seperti kesehatan masyarakat, kedokteran, penggunaan big data dan ekonomi.
Untuk menghasilkan riset yang akurat dan cepat tersebut, perlu didukung oleh ekosistem pengetahuan dan inovasi yang komprehensif. Tantangan utama seperti pendanaan, ketersediaan dan akses data, serta hubungan periset dengan pembuat kebijakan yang masih perlu dibenahi.
Professor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dewi Fortuna Anwar mengungkapan, untuk menciptakan hal tersebut, perlu peran aktif dari aktor-aktor utama yang memungkinkan terbentuknya ekosistem pengetahuan dan inovasi.
"Mereka adalah para knowledge producers (penghasil pengetahuan – universitas, lembaga penelitian atau thinktank), knowledge users (pengguna pengetahuan – kementerian), knowledge enablers (pembuat kebijakan dan badan pendanaan), dan knowledge intermediaries (media dan organisasi masyarakat sipil)," papar Dewi dalam acara Diskusi Kebijakan: Penanggulangan COVID-19 Berbasis Pengetahuan dan Inovasi, Senin (22/6) yang diselenggarakan oleh Knowledge Sector Initiative (KSI) dan Katadata.
Dewi menegaskan, dalam ekosistem inovasi, hasil dari riset vaksin yang disebutkan oleh Menristek tersebut akan menghasilkan hilirisasi. Fokusnya, kata dia, bagaimana seluruh elemen ini bersinergi agar hasil penelitian bisa menjadi inovasi: dipasarkan, digunakan, dan dengan demikian mendongkrak kemajuan dan daya saing bangsa. Kemajuan bangsa, dalam konteks ekonomi global, dinilai lewat daya saing dan kemampuan inovasi.
"Dalam implementasinya, ekosistem pengetahuan maupun inovasi membutuhkan kapasitas negara untuk menggerakkan semua elemennya. Kapasitas negara ini tercermin dari kapasitas kelembagaan dan kapasitas sumber daya manusia ASN-nya yang mempunyai kinerja secara efisien dan efektif," kata Dewi, dilansir Republika.
Pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) telah membentuk konsorsium untuk menangani Covid-19 ini. Konsorsium yang beranggotakan lembaga penelitian di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN seperti LIPI, beberapa perguruan tinggi (PT), Penelitian dan Pengambangan (Litbang) Kementerian Kesehatan serta melibatkan dunia usaha baik swasta maupun BUMN mempunyai fokus membantu mencegah, mendeteksi cepat Covid-19 melalui riset dan inovasi seperti vaksin, suplemen, pengobatan dan teknologi Kesehatan.
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan, telah mencoba menerapkan triple helix di dalam Konsorsium Riset dan Inovasi tentang Covid-19 untuk menghubungkan dunia penelitian dengan dunia industri dan pemerintah. Berbagai elemen dilibatkan, ujar dia, mulai dari kesehatan, ikatan farmasi maupun Kementerian BUMN dan Kementerian Perindustrian.
"Pandemi ini juga menunjukkan ekosistem riset yang selama ini kita bayangkan, justru berkembang dengan baik. Sebelumnya kita belum mempunyai produksi ventilator sendiri, pandemi ini membuat inovasi bekerja dan menghubungkannya dengan dunia industri," kata Bambang.
Ia melanjutkan, Kemenristek/BRIN akan tetap mengedepankan pengetahuan dan inovasi dalam upaya menanggulangi pandemi Covid-19. Data yang digunakan saat ini adalah peta sains yang merupakan pendekatan riset ilmu pengetahuan untuk mengatasi endemi dan pandemi. Hal ini adalah sebuah pendekatan riset selain dari kesehatan itu sendiri.
Selain mengoptimalkan ilmuwan dan peneliti di dalam negeri, Kemenristek/BRIN juga berusaha mengoptimalkan kolaborasi antara peneliti di Tanah Air dengan peneliti dan ilmuwan diaspora.
"Diharapkan kolaborasi dapat menangani masalah pandemi lebih cepat dan tepat sasaran khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat serta pemulihan ekonomi pasca Covid-19," ujarnya.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo mengatakan, di internal ASN, selama pandemi ini tetap berusaha produktif dan inovatif untuk pempercepat proses layanan untuk melayani masyarakat. KemenPANRB saat ini, kata dia, juga ingin memasukkan indikator inovasi dalam penyusunan kebijakan guna terbangunnya sinergitas bersama.
"Ini dilalukan untuk menyatukan langkah dalam kerangka ekosistem pengetahuan dan inovasi menuju pencapaian kesejahteraan rakyat. Dan juga, data itu sangat penting. Kami juga sangat mendorong pertukaran data yang terbuka antar instansi, data yang saintifik," kata Tjahjo.