Pembukaan Sekolah Berbasis Pertimbangan Data Keilmuan
unpi/medcom.id • Rabu, 03 Juni 2020 12:20 Wib
Sumber Foto : dailyedventures.com
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pembukaan sekolah harus dilakukan dengan cermat dan kehati-hatian. Salah satunya harus melalui tahapan-tahapan yang ketat dengan memperhatikan angka-angka kurva dari angka reproduksi (R0) maupun angka reproduksi efektif (RT) covid-19.
"Semuanya memakai data-data keilmuan yang ketat, sehingga kita harapkan akan berjalan dari tahapan ke tahapan, dari sektor ke sektor, dari provinsi ke provinsi sesuai dengan angka-angka yang tadi saya sampaikan," terangnya.
Menanggapi hal tersebut, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengapresiasi arahan Presiden Jokowi yang meminta pembukaan sekolah dilakukan secara terukur dan berbasis pertimbangan data serta keilmuan. Hal ini menurut Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, Unifah Rosyidi sejalan dengan hasil survei Departemen Litbangmas PGRI pekan lalu.
Menurut Unifah, arahan Presiden Jokowi ini selaras dan sejalan dengan harapan para orang tua, peserta didik, dan guru. PB PGRI telah mengadakan survei dengan responden 61,913 orang tua, 19,296 guru, dan 64,386 peserta didik di 34 provinsi, pada Kamis, 28 Mei 2020.
Melalui survei yang disebar melalui berbagai media sosial dan jaringan organisasi di 514 kabupaten/kota seluruh Indonesia, didapatkan hasil 85,5 persen orang tua khawatir jika sekolah dibuka kembali.
Hanya 14,5 persen orang tua yang tidak khawatir jika putra/putrinya kembali ke sekolah. Mayoritas orang tua nampaknya tetap menghendaki pembelajaran di sekolah dilanjutkan dengan pembelajaran daring dan sekolah tidak dibuka kembali hingga situasi memungkinkan.
"Yang menyatakan setuju Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilanjutkan sebanyak 72,2 persen, sisanya 27,8 persen tidak setuju," ungkap Unifah, dilansir Medcom.id.
Mereka juga menyatakan, siswa mengikuti PJJ dengan baik sebanyak 68,5 persen, dan 31,5 persen menyatakan belum optimal. Sedangkan kesiapan guru dalam normal baru sekolah adalah 53,5 persen menyatakan siap, sisanya 46,5 persen belum siap.
Di sisi lain, ketika siswa ditanya perpanjangan PJJ hingga akhir Desember 2020, yang menyatakan setuju 42,6 persen, sisanya 57,4 persen menyatakan tidak setuju. “Perlu evaluasi dan perbaikan pelaksanaan PJJ agar ke depan lebih baik dan siswa merasa nyaman,” kata Sekjen PB PGRI, Ali Rahim.
Menurut Ketua PB PGRI, Dudung Nurullah Koswara, hasil survei ini dapat menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan, agar dalam mengambil keputusan membuka sekolah membutuhkan kehati-hatian dan kecermatan. PGRI memandang bahwa tahun akademik tetap dapat dilaksanakan Juli 2020 dengan pelaksanaan pembelajaran secara daring, blended learning, atau luring dengan protokol kesehatan yang sangat ketat agar sekolah tidak menjadi klaster baru dalam penyebaran covid-19.