Merdeka Belajar Inovasi Meningkatkan Pendidikan Nasional
unpi/medcom.id • Selasa, 03 Maret 2020 12:30 Wib
Sumber Foto : freedomworks.org
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Program Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diklaim sebagai langkah tepat meningkatkan dan pemerataan kualitas pendidikan. Program itu juga dinilai sebagai kunci pemerataan pendidikan berkualitas untuk melahirkan SDM unggul serta berdaya saing.
"Merdeka Belajar memiliki paradigma kebebasan pada masing-masing institusi pendidikan untuk belajar apa yang dia mau. Karena pengaturan dan penyetaraan menghasilkan kepatuhan, tapi otonomi menghasilkan inovasi," kata Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Pramoda Dei Sudarmo dalam diskusi 'Merdeka Belajar: Apakah Indonesia Mampu Menyelesaikan Tantangan Pendidikan?', di Yogyakarta, Sabtu, 29 Februari 2020.
Menurut Pramoda, saat ini masih ada kesenjangan kualitas pendidikan dari sekitar 4.670 perguruan tinggi dan 8 juta mahasiswa di Indonesia. Oleh karena itu, tugas selanjutnya adalah bagaimana mendorong peserta didik agar cepat adaptif dengan dunia kerja, dan mencari solusi untuk program studi yang belum optimal terserap dunia usaha.
Selain itu, perkembangan dunia yang cepat telah membuat pendidikan turut menerima dampak akan kemajuan teknologi. Untuk itu, maka perlu diperkuat pendidikan yang melahirkan SDM dengan keterampilan kognitif dan kreatif dalam menyelesaikan persoalan.
"Dunia berubah dengan sangat cepat sekali dan dunia berubah di semua sektor. Semua hal di dunia terdampak oleh teknologi. Teknologi mengubah cara kita memandang dunia dan pendidikan," ungkapnya, dilansir Medcom.id.
Sementara itu, Staf Khusus Presiden, Adamas Belva Syah Devara mengungkapkan, perlu usaha keras dan waktu panjang untuk mengejar kualitas ketertinggalan pendidikan Indonesia dengan negara maju. Belva mengungkapkan, berdasarkan penelitian seorang profesor di Harvard, Indonesia memerlukan hingga 128 tahun untuk mengejar ketertinggalan kualitas pendidikan dengan negara maju.
Dia sependapat dengan hasil riset yang dilakukan Sanders and Rivers, bahwa kualitas guru sangat berpengaruh pada kualitas peserta didiknya.
"Untuk mengubah kualitas guru saat ini, dibutuhkan banyak waktu. Kita di Indonesia ada 4 juta guru dan kalau kita bisa melatih guru 100 ribu per tahun saja, selesainya akan 40 tahun lagi. Dan mungkin saat itu dunia sudah berubah lagi," kata Belva.
Akses internet dan inovasi, menurut Belva, adalah kunci dari pemberdayaan guru dan murid. Hal itu sejalan dengan lonjakan pengguna internet di Indonesia yang pada 2008 sebanyak 25 juta pengguna, menjadi 171 pengguna internet pada 2018.
"Semua revolusi pendidikan akan membutuhkan elemen digital," ujarnya.
Sementara itu, Presiden Harvard Club Indonesia (HCI), Melli Darsa menjelaskan, seluruh dunia telah menyepakati bahwa pendidikan merupakan bagian dari hak asasi manusia, seperti yang tercantum dalam United Nations Declaration of Human Rights.
Oleh karena itu, Melli berharap HCI dapat memberikan kontribusi nyata di dalam mewujudkan misi mencetak SDM Indonesia yang unggul serta kompetitif, baik di level nasional maupun internasional.
"Harvard Club Indonesia menyadari bahwa kami para alumni telah mendapatkan banyak hal. Untuk itu, kami ingin turut serta memberikan sumbangsih dari apa yang kami peroleh di Harvard University kepada peningkatan sumber daya manusia," ujar Melli dalam sambutannya.
Melli menyambut baik program Pemerintahan Presiden Joko Widodo di periode kedua yang memprioritaskan pembangunan SDM. Hal tersebut terlihat dari Program Merdeka Belajar yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bahagia.