Peran Pelaku Perbukuan Belum Optimal Tingkatkan Literasi
unpi/medcom.id • Kamis, 27 Februari 2020 14:50 Wib
Sumber Foto : chemistryworld.com
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Awaluddin Tjalla mengatakan, pelaku perbukuan mempunyai peran penting untuk meningkatkan indeks dan kualitas literasi suatu ekosistem perbukuan. Namun saat ini, peran tersebut belum terlaksana dengan baik.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perbukuan, ada sepuluh pelaku perbukuan, yakni penulis, penerjemah, penyadur, editor, ilustrator, desainer buku, penerbit, pencetak, toko buku, dan pengembang buku elektronik. Saat ini, kata Awaluddin, yang diperlukan adalah bersama-sama memperbaiki ekosistem perbukuan.
"Itu (UU tentang Perbukuan) belum tersosialisasikan dengan baik pada pelaku-pelaku perbukuan kita, sehingga kita lihat masih ada hal-hal yang barangkali perlu dilakukan bersama untuk pembenahan dalam perbukuan kita," kata Awal dalam pembukaan Islamic Book Fair (IBF) 2020, di Senayan, Jakarta, Rabu, 26 Februari 2020.
Tujuannya, kata Awaluddin, untuk memberikan pencerahan kepada pada masyarakat secara umum. Sebab dalam UU sistem Perbukuan, 10 pelaku perbukuan tadi harus memberikan pengaruh yang kuat untuk menyukseskan program literasi.
Literasi ini, kata Awaluddin, erat kaitannya dengan Kurikulum 2013. Namun saat ini kemampuan literasi masih rendah. Untuk itu perlu ada perbaikan dalam perbukuan, terutama untuk buku pelajaran kelas dasar.
Pasalnya berdasarkan temuan dari program kerja sama Kemendikbud dengan pemerintah Australia (program Inovasi), tingkat literasi masih rendah untuk pelajar kelas dasar. Inovasi ini dilaksanakan di empat daerah yakni Kalimantan Utara, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
"Kemendikbud dengan Australia melakukan program kegiatan dalam hubungannya dengan literasi numerasi dan memperlihatkan hubungan dalam literasi ini, terlihat di beberapa tempat yg dijadikan seagai objek kegiatan itu memperlihatkan kondisi yang perlu dilakukan perbaikan," ungkapnya, dilansir Medcom.id.
Ia pun berharap, ada peran masyarakat yang ikut membantu meningkatkan kemampuan literasi. Salah satunya seperti gelaran Islamic Book Fair 2020, yang telah membantu menyokong peningkatan program literasi.
Seperti diketahui, berdasarkan data UNESCO minat baca masyarakat Indonesia rendah, tepatnya berada di posisi 60 dari 61 negara.
"Kegiatan ini memberi edukasi positif pada anak didik kita. Memberi penguatan pada konsep literasi dan membantu kami di Kemendikbud untuk mengimplementasi Kurikulum 2013. Karena satu komponen pentingnya adalah literasi. Jadi dengan adanya Islamic Book Fair ini kita ikut menyosialisasikan komponen Kurikulum 2013," terangnya.