Menristek Paparkan Empat Strategi Riset dan Inovasi
unpi/mendcom.id • Senin, 03 Februari 2020 09:03 Wib
Sumber Foto : ristekbrin.go.id
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro menyampaikan empat isu strategis nasional dalam pengembangan Ilmu pengetahuan teknologi (Iptek) dan Inovasi di hadapan Presiden RI Joko Widodo.
Paparan tersebut disampaikan saat Rakornas Iptek 2020 di Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Kamis, 30 Januari 2020. "Ada beberapa isu strategis pengembangan Iptek dan inovasi yang kita hadapi saat ini. Pertama, pemanfaatan Iptek sebagai penghela pertumbuhan ekonomi yang bekelanjutan," ucap Bambang di Gedung Graha Widya Bhakti Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, kamis 30 Januari 2020.
Menurut Bambang, saat ini pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,4 sampai 6 persen. Untuk itu, Kemenristek berusaha memastikan hasil riset teknologi dan inovasi memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara dari alokasi itu, 84 persen di antaranya berasal dari anggaran pemerintah dan baru hanya 8 persen yang berasal dari industri.
Dia kemudian menambahkan, anggaran pemerintah bidang riset teknologi dan inovasi ini tersebar pada berbagai unit Litbang, kementerian, dan lembaga.
"Sehingga memungkinkan terjadinya duplikasi dan inefesiensi. Lalu isu strategis ketiga adalah soal rendahnya kapasitas adopsi Iptek dan cipta inovasi di Indonesia," terangnya, dilansir Medcom.id.
Ditegaskan Bambang, saat ini Indonesia masih berada di peringkat ke-85 dari 129 negara dengan score Global Innovation Index 29,72 dari skala 0 sampai 100 pada 2019.
"Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya belanja Litbang terhadap PDB, rendahnya jumlah paten, serta rendahnya publikasi sains dan teknik di tingkat global. Selain itu, infrasturuktur Litbang masih terbatas, jumlah SDM di bidang Iptek hanya sekitar 14,08 persen, di antaranya yang berkualifikasi doktor atau S3," terangnya.
Isu keempat adalah, soal ekosistem inovasi yang belum sepenuhnya tercipta. Kondisi demikian membuat proses hilirisasi dan komersialisasi hasil Litbang terhambat.
"Kolaborasi triple helix antara pemerintah, dunia penelitian dan dunia usaha, belum didukung lembaga Litbang dan perguruan tinggi yang memadai sebagai sumber inovasi teknologi," ungkap Bambang.
Kelima, dalam konteks transformasi ekonomi, kemenristek/BRIN akan fokus Litbang dan hilirisasi yang menghasilkan teknologi tepat guna, subtitusi impor, sekaligus peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), peningkatan nilai tambah, dan penguasaan teknologi baru.
"Kemenristek/BRIN akan mendorong implementasi program riset nasional dan memastikan setiap aktor riset dan inovasi memahami apa yang harus menjadi fokus dan apa yang harus dikerjakan. Dengan hal ini, kita ingin memastikan bahwa riset dan inovasi akan memberikan kontribusi nyata dalam agenda percepatan pertumbuhan ekonomi, penyelesaian permasalahan bangsa, agenda pembangunan yang berkelanjutan, dan agenda kemandirian iptek nasionl," tutupnya.