Pendidik Harus Mampu Tanamkan Akhlak, Kompetensi, dan Komitmen Kebangsaan
unpi/kemkominfo • Selasa, 28 Januari 2020 12:26 Wib
Sumber Foto : tempo.co
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Pendidik harus mampu menanamkan akhlak yang mulia, kompetensi, dan komitmen kebangsaan kepada anak didiknya. Hal ini ditujukan agar generasi muda Indonesia ke depan akan menjadi generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga produktif.
Demikian disampaikan Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin saat memberikan keynote speech pada acara Wisuda Sarjana Strata 1 (S1) Angkatan XXIII Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta Tahun 2020 di Gedung Serba Guna 1 Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Minggu (26/01/2020).
"Setidaknya ada tiga hal penting yang harus Saudara-saudara perhatikan. Ketika menjadi seorang pendidik yaitu akhlak, kompetensi, dan komitmen kebangsaan. Saya mengubah paradigma yang selama ini ada di pesantren, yang mengatakan pahala itu diberikan atas dasar kepayahan/kelelahan. Saya kira itu tidak tepat. Tapi yang tepat adalah pahala itu diberikan kepada apa yang maslahat/manfaat yang dihasilkannya atau tingkat produktivitas yang diberikannya," ungkapnya.
Lebih lanjut Wapres menjelaskan bahwa posisi akhlak sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini ditunjukkan secara eksplisit oleh para pendiri bangsa dalam pasal 31 ayat 3 UUD 1945.
"Posisi penting tersebut tidak terlepas dari karakteristik masyarakat Indonesia yang religius, karena agama dan akhlak merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan," ujar Wapres, dilansir laman resmi Kemkominfo.
Selain itu, tambah Wapres, keberadaan akhlak yang utamanya tercermin dalam ajaran agama, juga sangat penting untuk menangkal nilai-nilai buruk yang diakibatkan perkembangan modernisasi dan globalisasi. Nilai buruk tersebut antara lain, munculnya sifat materialisme dan hedonisme yang disertai moralitas tidak terpuji korupsi, manipulasi, penyalahgunaan wewenang, menghalalkan segala cara, kekerasan, pemerasan, pornografi, pergaulan bebas, dan lain-lain.
"Keberadaan akhlak ini penting dalam konteks pengelolaan negara yang baik (good governance), [dan] pembangunan bangsa yang maju dan beradab. Moralitas akhlak dan karakter yang tangguh akan menjadi modal bagi persaingan global yang tak dapat dihindari," tegasnya.