Evaluasi Sistem Pendidikan, Pemerintah Didesak Buat PISA Indonesia
unpi/voa • Jumat, 10 Januari 2020 14:10 Wib
Sumber Foto : eletsonline.com
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina "Backpacker Teaching", Dirgantara Wicaksono mendorong pemerintah untuk membuat evaluasi menyeluruh tentang pendidikan di Indonesia. Evaluasi tersebut bisa dilakukan dengan metode survei seperti Program Penilaian Siswa Internasional (PISA).
Menurutnya, hasil PISA yang diselenggarakan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) kurang dapat dijadikan tolak ukur secara tepat bagi pendidikan Indonesia. Sebab, data pendidikan di Indonesia jumlahnya cukup banyak dan beragam sehingga kurang tepat jika dipotret dengan menggunakan ukuran internasional.
"Jadi selain melakukan asesmen sendiri, survei riil, pemerintah bekerja samalah dengan pihak swasta untuk melakukan pemetaan, karena banyak data-data di lapangan soal infrastruktur dan sebagainya," jelas Dirgantara, dilansir VOA.
Kendati demikian, Dirgantara tidak menolak seratus persen hasil PISA 2018, salah satunya soal kemampuan membaca siswa Indonesia yang rendah. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan sumber daya manusia guru yang rendah dan proses pembelajaran yang monoton. Selain itu, buku-buku di sekolah juga terkadang tidak sesuai dengan kategori usia siswa yang berakibat siswa malas membaca.
"Contoh di SD beberapa tempat, kita lihat bukunya malah novel dewasa. Banyak buku dewasa yang tidak ada gambarnya juga, akhirnya minat baca turun. Apa yang kita lakukan, kita bentuk pojok literasi, kita ambil dari buku-buku untuk anak-anak. Dan ini kita harap bisa menumbuhkan minat baca," tambahnya.
Dirgantara juga menyarankan pendidikan di Indonesia lebih mampu menjawab kebutuhan peserta didik dan membuat kurikulum yang mengedepankan kearifan lokal untuk memperkuat potensi daerah-daerah di Indonesia.
Dirgantara bersama Komunitas Backpacker Teaching telah mengajar ribuan siswa yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia selama tiga tahun terakhir. Di antaranya Jabodetabek, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Maluku Utara.
Total ada sekitar 1.500an relawan dari berbagai profesi yang terlibat dalam Backpacker Teaching. Mereka mendatangi sekolah-sekolah yang membutuhkan bantuan selama sepekan dan hasilnya akan diteruskan ke pemangku kepentingan seperti DPR dan kementerian, serta pemerintah daerah.
Hasil studi PISA 2018 yang dirilis oleh OECD menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor rata-rata yakni 371, dengan rata-rata skor OECD yakni 487.
Kemudian untuk skor rata-rata matematika mencapai 379 dengan skor rata-rata OECD 487. Selanjutnya untuk sains, skor rata-rata siswa Indonesia mencapai 389 dengan skor rata-rata OECD yakni 489.
Kendati demikian, menurut Kabid sekolah dan pendidikan anak usia dini, Direktorat Pendidikan dan Keahlian 0ECD, Yuri Belfali, dalam rilis Kemendikbud 3 Desember 2019, ada beberapa temuan menarik dari hasil PISA 2019. Di antaranya ketimpangan performa belajar antara perempuan dan laki-laki tidak besar. Siswa perempuan lebih baik dari siswa laki-laki dalam semua bidang di PISA.
Yuri juga menyampaikan bahwa guru-guru di Indonesia tergolong memiliki antusiasme yang tinggi. Antusiasme para guru Indonesia termasuk empat tertinggi setelah Albania, Kosovo, dan Korea Selatan. Namun, kebanyakan guru masih belum memahami kebutuhan setiap individu muridnya.