Strategi untuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia
unpi/suara.com • Kamis, 09 Januari 2020 11:31 Wib
Sumber Foto : eletsonline.com
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Memasuki tahun 2020, pembangunan SDM akan semakin digencarkan mengingat hal tersebut merupakan salah satu visi presiden tepilih, Joko Widodo, pada periode 2019-2024. Dalam pidato beliau saat pelantikan, disebutkan bahwa pembangunan SDM menjadi kunci Indonesia ke depan. Salah satu wujud untuk pembangunan SDM di Indonesia adalah melalui perbaikan kualitas pendidikan. Perbaikan kualitas pendidikan ini dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada.
Saat ini, di Indonesia perkembangan teknologi telah cukup maju, salah satunya ditandai dengan pesatnya tingkat aksesbilitas masyarakat terhadap internet. Melansir dari laman berita CNBC Indonesia, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 telah mencapai 171,17 juta jiwa atau setara dengan 64,8 persen dari total penduduk Indonesia yaitu 264,26 juta jiwa.
Sejalan dengan pertumbuhan pengguna internet di Indonesia, saat ini pemerintah juga sedang menjalankan proyek yang diberi nama Palapa Ring. Mengutip dari laman berita CNN Indonesia, melalui proyek Palapa Ring diharapkan seluruh masyarakat di Indonesia sampai dengan Indonesia bagian timur, yaitu Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua, memiliki kesempatan untuk mengakses internet.
Melihat adanya momentum kemerdekaan aksesbilitas internet ini, pemerintah dapat memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
Pemanfaatan atas kemudahan akses internet telah dilakukan oleh pemerintah. Dalam menunjang program pembelajaran dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas/kejuruan, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membuat sebuah portal yang diberi nama Rumah Belajar yang dapat diakses secara gratis.
Masyarakat, khususnya guru dan siswa, dapat mengakses Rumah Belajar dapat melalui laman belajar.kemdikbud.go.id. Melalui Portal Rumah Belajar, guru dapat berkontribusi melalui pemberian bahan ajar, dan siswa memiliki akses untuk memperoleh bahan ajar serta soal-soal untuk latihan atau ujian.
Akan tetapi, mengutip artikel dari laman JawaPos, kehadiran Rumah Belajar dinilai kurang menarik bagi siswa jika dibandingkan dengan platform sejenis yang dikelola oleh pihak swasta seperti Ruang Guru, Quipper, dan Zenius. Lebih lanjut, disebutkan bahwa kurangnya promosi dan kerja sama dengan pihak-pihak swasta menjadi alasan bahwa Rumah Belajar kurang diminati.
Sebagai contoh Ruang Guru yang diendorse oleh Iqbal Ramadhan menjadi daya tarik tersendiri bagi para siswa untuk mau mengeluarkan biaya mengakses modul di aplikasi tersebut.
Menyadari akan kurangnya minat siswa saat ini untuk mengakses Rumah Belajar, pemerintah perlu mengenal karakter siswa saat ini untuk melakukan sebuah terobosan. Sebagaimana dikutip dari laman gtkmadrasah.kemenag.go.id, siswa saat ini didominasi oleh generasi Z (kelahiran 1996-2010) dan generasi Alfa (kelahiran 2010-saat ini) yang merupakan generasi melek teknologi.
Lebih lanjut, dalam laman beritagar.id disebutkan bahwa berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok usia yang paling sering mengakses internet. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa saat ini merupakan siswa yang memiliki akses terhadap internet cukup intensif.
Tingginya frekuensi siswa saat ini dengan internet tidak lepas dari peran creative content creator yang menyuguhkan konten-konten yang menarik minat mereka. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui data sebagaimana dilansir dari websindo.com yang menyebutkan bahwa YouTube, yang merupakan platform utama bagi para creative content creator untuk membagikan konten mereka, merupakan platform sosial media yang paling sering diakses oleh pengguna internet di Indonesia.
Dilansir Suara.com, Para creative content creator merupakan orang-orang yang penuh dengan kreatifitas, hal tersebut juga tak lepas dari lifestyle hidup mereka. Tak heran, jika konten-konten yang disajikan para creative content creator ini merupakan konten yang menghibur, tetapi tak sedikit konten yang disajikan oleh mereka adalah konten-konten edukasi.
Melihat tak sedikit siswa saat ini yang memiliki akses ke YouTube untuk melihat konten-konten yang disajikan oleh creative content creator favorit mereka, serta tak sedikit konten yang disajikan adalah konten yang mendidik, seyogyanya pemerintah dapat memanfaatkan kondisi ini untuk melakukan kolaborasi atau kerja sama.
Dalam hal ini, pemerintah dapat memberikan insentif berupa pemberian subsidi, bonus, atau bantuan bagi para creative content creator untuk menyajikan konten yang inovatif dan edukatif untuk tujuan pembelajaran sekolah dasar hingga sekolah menengah atas/kejuruan pada portal Rumah Belajar. Lebih lanjut, mekanisme pemberian insentif ini juga dilakukan secara selektif.
Terlebih dahulu konten yang akan disajikan dievaluasi oleh tim kerja yang telah ditunjuk pemerintah untuk memastikan apakah konten tersebut telah sesuai kriteria yang diinginkan.
Mengingat pemberian insentif akan dilaksanakan secara selektif, diharapkan hal ini dapat memicu para creative content creator menyiapkan konten yang unik. Dalam proses ini, dimungkinkan para creative content creator akan berlomba-lomba menyajikan konten sesuai dengan kondisi siswa saat ini, misal Pandai Matematika bagi Para Gamers atau Menghafal Nama-Nama Latin Tumbuhan sambil Rebahan.
Bisa saja, akan muncul para creative content creator yang akan membuat konten menggunakan bahasa daerah, yang dapat membantu siswa-siswa yang tinggal pedesaan dalam memahami sebuah materi. Pada akhirnya, konten yang tersaji dalam Rumah Belajar akan menjadi variatif dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa serta memicu guru untuk berinovasi khususnya dalam pembelajaran di kelas atau bahkan pemberian modul latihan di portal tersebut.
Menciptakan sebuah mutu pendidikan yang baik perlu dilakukan secara inklusif. Mengajak creative content creator untuk berkolaborasi merupakan salah satu strategi untuk mewujudkan mimpi SDM yang berkualitas. Kehadiran para content creator yang dekat dengan siswa saat ini, serta ide-ide yang fresh yang dihasilkan oleh mereka dapat menciptakakn bahan ajar yang fun dan sesuai dengan karakter siswa saat ini.
Pemberian insentif terhadap para creative content creator dapat mendorong mereka untuk mau terlibat dalam mewujudkan kecerdasan bangsa. Pada akhirnya melalui keterlibtan creative content creator ini dapat memotivasi para siswa saat ini untuk meningkatkan kapasitas mereka.