Mengapa Gunung Berapi Bisa Tiba-Tiba Erupsi?
unpi/okezone • Senin, 23 Desember 2019 09:03 Wib
Sumber Foto : tempo.co
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Gunung berapi White Island di Selandia Baru belum lama ini meletus tiba-tiba tanpa ada gejala sebelumnya. Peristiwa alam itu menghebohkan banyak pihak, tidak hanya warga tetapi para peneliti vulkanologi. Bagaimana dengan kondisi Indonesia yang memiliki banyak gunung berapi?
Di Indonesia, letusan mendadak pernah terjadi di Tangkuban Perahu. Sifatnya mirip seperti letusan White Island.
Volkanog Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., pada prodi Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan, bahwa gunung api dapat meletus dipengaruhi oleh faktor utama yaitu kesetimbangan magma yang berada di dalam dapur magma. Di dalam dapur magma, terdapat tiga proses yaitu proses yang berada di bawah dapur magma (chamber), proses di dalam, dan proses yang berada di atas dapur magma. "Maka ketika kesetimbangan tersebut terganggu gunung api akan meletus," ujarnya.
Proses yang terjadi di bawah dapur magma dia ibaratkan seperti sebuah botol air bervolume 600 ml, kemudian diinjeksikan dengan air baru 300 ml, maka kelebihan volume tersebut tidak dapat ditampung. Begitu pun gunung api, akan erupsi dengan mengeluarkan kelebihan magma yang terkandung di dalamnya. Hal ini bersifat siklus, terdapat pola, dan dapat diprediksi.
"Tapi, terdapat juga proses di dalam dapur magma yang tidak dapat diprediksi, yakni ketika dinding dapur magma roboh yang bisa diakibatkan oleh ketidakstabilan dinding atau bisa disebabkan oleh gempa yang terjadi," jelas Volkanog lulusan Akita University Japan tersebut, dilansir Okezone.
Hal itu mengakibatkan penambahan volume secara signifikan pada dapur magma. Ini merupakan salah satu faktor gunung api dapat meletus tanpa sebab yang jelas sebelumnya.
Proses terakhir adalah yang terjadi di atas dapur magma. Proses ini sangat kompleks, antara lain kerucut gunung api mengalami daya dukung yang kurang. Sehingga, ketika berinteraksi dengan air mengakibatkan berubahnya daya tahan dan akan terjadi erupsi saat kerucut tidak sanggup lagi menahan tekanan dari dalam.
Faktor lainnya diakibatkan oleh adanya faktor eksternal seperti badai yang dapat menekan kerucut dari atas hingga bisa terjadi erupsi. "Sama halnya seperti bisul yang kita tekan,” terangnya.
Hal lainnya terjadi ketika gerhana bulan atau gerhana matahari, saat bumi berada dalam satu garis dengan matahari dan bulan yang mengakibatkan timbulnya gaya tarik yang maksimum sehingga memicu terjadinya erupsi gunung api.
Berikut ini tanda-tanda Gunung Api Meletus, menurut Dr. Mirzam, seperti dikutip dari laman ITB, Kamis (19/12/2019).
1. Meningkatnya aktivitas kegempaan
2. Banyak satwa yang turun dari gunung
3. Mata air yang mulai kering dikarenakan adanya material panas yang naik mendekati permukaan mengakibatkan air berubah menjadi uap
4. Adanya pelepasan gas yang mengidentifikasikan matinya berbagai tumbuhan. Tanda-tanda tersebut ia sebut sebagai “kearifan lokal”.
"Secara instrumental, tanda meletusnya gunung api dapat dilihat dari kegempaan (seismisitas), tiltmeter yang berfungsi untuk mendeteksi pengembungan atau pengempisan tubuh sebuah gunung serta jenis emisi gas dan perubahan suhu di kawah," ucapnya.
Dr. Mirzam juga berpesan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar gunung api untuk hidup damai, harmoni, dan mempelajari kearifan lokal (tanda-tanda alam). Selain itu tidak kalah penting adalah mematuhi arahan pemerintah. Jika hal-hal tersebut dilakukan maka akan muncul kesadaran safe mitigation dari masyarakat itu sendiri.
"Kita tidak punya pilihan, Indonesia memang tercipta dengan banyaknya gunung api aktif," ungkapnya.