Kemendikbud Ajak Pemuda Perkuat Toleransi melalui Bahasa
unpi/kemdikbud • Selasa, 26 Nopember 2019 10:09 Wib
Sumber Foto : geotimes.co.id
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan (BPBP) menyelenggarakan diskusi terpumpun dengan tema 'Bahasa Penghela Pembangunan Manusia: Pembinaan Bahasa, Pembinaan Bangsa', di Museum Sumpah Pemuda, Kwitang, Jakarta.
"Kita harus selalu ingat bahwa kita memiliki simbol negara yang hebat yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa negara karena bahasa Indonesia inilah yang menyatukan kita dari Sabang sampai Merauke. Bahasa Indonesia ini ibarat oksigen dan ruh bangsa kita yang sekali lagi menjadi alat perekat persatuan dan kebinekaan kita," kata Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Dadang Sunendar, seperti dikutif dalam rilis Kemendikbud.
Diskusi yang berlangsung pada Jumat (22/11) ini, dikemas dalam bentuk lesehan bertajuk 'Lesehan Kebangsaan: Bahasa Penghela Pembangunan Manusia: Pembinaan Bahasa, Pembinaan Bangsa', diikuti oleh peserta yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. "Melalui seminar dalam bentuk lesehan kebangsaan ini kita ingin mengingatkan masyarakat, bahwa kita harus menghormati bahasa negara kita", ujar Dadang, dilansir laman resmi Kemdikbud.
Urgensi mengenai toleransi kebangsaan terutama terkait dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini semakin disadari. Untuk itu, Dadang mengingatkan bahwa bangsa Indonesia lahir dengan berbagai kebinekaan. "Kalau kita mengkaji apa yang menyatukan kita, yaitu kesamaan dalam berbahasa yaitu bahasa Indonesia," ungkapnya.
Oleh karena itu, para pemuda masa kini harus melihat kembali sejarah di mana para pemuda di tahun 1928 menunjukkan toleransi yang begitu besar dalam menentukan bahasa persatuan. "Mereka mengusung satu bahasa yang bisa dikatakan baru yaitu bahasa Indonesia di atas bahasa-bahasa daerah lainnya yang berjumlah ratusan. Kita sekarang berkomunikasi di sini dengan menggunakan bahasa Indonesia. Itu berkat kehebatan dan toleransi para pemuda kita,” jelas Dadang.
Sementara itu, mantan anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Popong Otje Djundjunan, dalam sambutannya mengapresiasi langkah yang diambil oleh BPBP Kemendikbud karena telah berupaya untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kebanggaan.
"Mudah-mudahan tercapai apa yang dicita-citakan yaitu menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Ini tidak akan terwujud jika kita tidak melangkah konkret. Jadi ini adalah salah satu langkah konkret untuk memenuhi amanat undang-undang," ujar Popong.
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Hariyono, mengungkapkan bahwa bahasa memiliki peran penting dalam perekat kehidupan berbangsa dan bernegara, meskipun mungkin bukan satu-satunya perekat.
"Ini yang barangkali perlu kita sepakati bersama karena di dalam merawat kehidupan berbangsa dan bernegara yang dipentingkan adalah jangan sampai terjadi misinterpretasi, miskomunikasi. Dalam komunikasi itulah diperlukan bahasa yang sama sehingga pemaknaan di dalam proses komunikasi itu tidak mengalami sebuah distorsi," kata Hariyono.
Dilanjutkan Hariyono, untuk membuat bahasa tetap terjaga dan proses pembudayaannya berjalan baik, diperlukan sebuah lembaga yang bisa merawat dan bisa bertanggung jawab agar bahasa itu tetap bisa dijaga karena bahasa bukan sekedar tata bahasa melainkan juga pola pikir. "Orang yang bahasanya baik umumnya memiliki konstruksi berpikir yang baik, sehingga dalam proses berkomunikasi tidak mudah menimbulkan salah persepsi," tuturnya.
Disebutkan Hariyono, tantangan bangsa Indonesia ke depan sebagai sebuah bangsa di era disrupsi yang begitu besar adalah sering terjadinya miskomunikasi yang berujung konflik. Pembangunan infrastruktur fisik memang penting, tetapi jika tidak diiringi dengan infrastruktur nilai, maka bisa terjadi konflik di masyarakat.
"Untuk menjembatani itu diperlukan bahasa. Kami dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila menganggap kalau Pancasila tidak disosialisasikan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak mungkin kita bisa hidup berbangsa dan bernegara yang benar,” pungkas Hariyono.