Kesalahan-kesalahan Umum dalam Pemakaian Antibiotik
unpi/cnnindonesia • Senin, 25 Nopember 2019 12:50 Wib
Sumber Foto : fourwaysreview.co.za
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Kesalahan dalam pemakaian antibiotik dapat menyebabkan resistensi atau kondisi di mana obat tak ampuh lagi 'membunuh' bakteri. Kesalahan ini umumnya merupakan kesalahan yang sering kali tak disadari, namun berakibat fatal bagi kesehatan.
Dilansir CNNIndonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan resistensi antibiotik sebagai ancaman global karena dapat menyebabkan keparahan penyakit, kecacatan, hingga kematian.
Berikut sejumlah kesalahan pemakaian antibiotik yang banyak dilakukan masyarakat.
1.Membeli tanpa resep dokter
Perwakilan WHO Indonesia, Benjamin Sihombing mengungkapkan, membeli antibiotik tanpa resep dokter merupakan kesalahan yang kerap terjadi di negara berkembang.
Benjamin menjelaskan, antibiotik hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter yang sudah menentukan diagnosis bahwa penyakit yang diderita disebabkan oleh bakteri.
"Di negara miskin dan berkembang, pengawasan pada farmasi sangat lemah sehingga antibiotik bisa dijual bebas dan digunakan untuk berbagai penyakit," kata Benjamin dalam konferensi pers Peringatan Pekan Kesadaran Antibiotik Dunia atau World Antibiotic Awareness Week di RS UI, Depok, Kamis (21/11). Pekan Kesadaran Antibiotik Sedunia diperingati pada 18-24 November 2019.
2.Membeli online
Perkembangan digital juga membuat peredaran antibiotik ikut berpengaruh. Banyak orang mendiagnosis diri sendiri berdasarkan keterangan di media dan internet lalu membeli obat antibiotik seperti amoxcillin secara daring.
3.Membeli antibiotik yang berbeda
Banyak pula masyarakat negara berkembang seperti Indonesia yang membeli obat antibiotik yang tidak sesuai dengan resep dokter. Salah satunya adalah dosis yang tidak sesuai.
"Banyak sekali masyarakat membeli obat setengah saja. Atau, kalau kemahalan, cari yang mirip-mirip," kata Benjamin. Hal ini, lanjut dia, terjadi karena kondisi ekonomi yang lemah.
4.Menggunakan pada penyakit yang tidak perlu
Antibiotik seringkali dianggap sebagai penyembuh segala penyakit. Padahal, antibiotik hanya boleh digunakan pada penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan sudah terbukti melalui uji laboratorium.
"Sebanyak 80 persen penyakit tidak perlu antibiotik," ujar Ketua Komite Pencegahan Resistensi Antimikroba Nasional, Hari Paraton, dalam kesempatan yang sama.
Umumnya, penyakit ini bersifat infeksi berat seperti infeksi kandung kemih, usus buntu, tipes, radang otak, radang paru-paru, dan tuberkulosis.
Penyakit yang disebabkan oleh virus, parasit, dan jamur seperti batuk, pilek, flu, radang tenggorokan, campak, cacar air, bisul, dan diare tidak perlu menggunakan antibiotik.