Arab Saudi Membuka Diri untuk Wisatawan Asing
unpi/bbc • Senin, 30 September 2019 14:10 Wib
Sumber Foto : Getty Images
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Arab Saudi untuk pertama kalinya membuka diri untuk wisatawan asing sebagai bagian dari upaya menghentikan ketergantungan ekonomi pada minyak dengan membuka sektor pariwisata.
Saudi akan meluncurkan skema visa untuk 49 negara, langkah pertama yang dilakukan setelah sebelumnya hanya terbatas pada visa umroh dan haji, pebisnis dan pekerja asing.
Namun Mekkah dan Madinah tetap tertutup untuk non-Muslim.
Menteri Pariwisata Ahmad al-Khateeb mengatakan ini adalah suatu "momen bersejarah" bagi negaranya.
Langkah ini diharapkan dapat mendorong sektor penanaman modal dari industri pariwisata. Kerajaan berharap sumbangan pariwisata akan meningkat dari 3% menjadi 10% dalam produk domestik bruto di tahun 2030.
"Pengunjung akan terkejut ... dengan kekayaan yang kami miliki untuk kami pamerkan (dengan para wisatawan) - lima Situs Warisan Budaya Dunia Unesco, kekayaan budaya setempat dan keindahan alam," kata al-Khateeb, dilansir BBC Indonesia.
Perempuan asing tidak diwajibkan memakai abaya atau jubah yang harus dipakai perempuan Saudi di tempat umum. Tetapi para turis tetap harus memakai pakaian yang sopan. Juga tidak akan ada batasan bagi perempuan yang mengunjungi Saudi tanpa pendamping.
"Kami memiliki kebudayaan. Kami meyakini teman dan tamu kami akan menghormati kebudayaan, tetapi sudah pasti haruslah sopan dan ini harus sangat jelas," kata al-Khateeb.
Rincian kebijakan ini, termasuk negara-negara yang berhak mendapatkannya, akan diumumkan kemudian.
Tetapi Menteri Pariwisata Ahmad al-Khateeb mengatakan dirinya tidak percaya bahwa serangan baru-baru ini terhadap industri minyak Saudi pada hari Sabtu (14/09) akan membuat orang enggan berkunjung.
"Kota-kota kami adalah salah satu yang paling aman di dunia. Karena itu, kami sama sekali tidak percaya itu akan berpengaruh. Banyak orang asing hidup di Arab Saudi, menikmati Arab Saudi. Kami sangat aman," katanya.
Langkah untuk membuka pariwisata adalah bagian penting dari program reformasi ekonomi yang lebih luas Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak.
Berdasarkan rencana itu, Arab Saudi ingin meningkatkan kunjungan internasional dan domestik menjadi 100 juta orang pada tahun 2030. Pemerintah berharap akan menciptakan satu juta pekerjaan di bidang pariwisata.
Kebijakan ini muncul sementara citra kerajaan ternoda akibat kecaman catatan hak asasi manusianya setelah terjadinya pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi pada tanggal 2 Oktober 2018 dan penggerebekan terhadap pegiat hak perempuan baru-baru ini.
Pada tahun 2017, Arab Saudi mengumumkan proyek pengembangan pariwisata besar-besaran yang akan mengubah 50 pulau dan tempat-tempat lain di Laut Merah menjadi daerah wisata mewah.
Tahun lalu, pembangunan "kota hiburan" Qiddiya dekat Riyadh telah dimulai, yang di antaranya akan berisi taman hiburan mewah, sarana olah raga bermotor dan wisata safari.