Museum-Museum di Jakarta
unpi/indonesia.go.id • Selasa, 03 September 2019 14:40 Wib
Sumber Foto : museumnasional.or.id
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Kalau kita dapat undangan atau mengikuti program kegiatan ke Amerika, maka ada satu sesi di acara mereka adalah mengunjungi museum. Atau setidaknya mereka menawarkan museum sebagai salah satu destinasinya.
Bagi masyarakat Amerika (mungkin juga yang lain), museum adalah semacam informasi awal perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu masyarakat di sana setiap hari libur menjadikan museum museum yang ada sebagai tempat rekreasi.
Di Indonesia? Tampaknya masih butuh kerja keras dunia pendidikan dan orang tua untuk memberikan pemahaman yang benar soal pentingnya museum bagi anak-anak. Minimal membiasakan diri mengenal museum harusnya jadi bagian dari program literasi di sekolah sekolah dan masyarakat.
Berikut adalah museum-museum yang terdapat di Ibu Kota Jakarta yang perlu Anda ketahui dan dikunjungi, seperti dilansir Indonesia.go.id.
Museum Taman Prasasti
Museum Taman Prasasti ini jarang dikenal orang. Padahal museum ini banyak bercerita tentang masa lalu Indonesia. Museum ini merupaka cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda ini memiliki koleksi prasasti nisan kuno, koleksi kerata jenazah antik, dan juga miniatur makam khas dari 27 provinsi di Indonesia. Meski terkesan seram, Museum Taman Prasasti tetap didatangi pengunjung.
Museum ini memang sebuah makam Jahe Kober yang dibangun untuk menggantikan kuburan di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk (Museum Wayang) yang sudah penuh. Nisan yang ada di sini berasal dari Jahe Kober dan sebagiannya adalah pindahan dari Hollandsche Kerk.
Di Museum ini luasnya sekitar 1,2 ha yang berada di Tanah Abang ini ada ribuan koleksi nisan yang terbuat dari perunggu, marmer, dan batu alam. Di museum ini ditampilkan karya seni dan memamerkan kecanggihan para pematung, pemahat, kaligrafer dan sastrawan.
Di antara ribuan nisan di sana beberapa di antaranya ada nisan para tokoh yang terkenal pada masa Pemerintahan Belanda, yaitu AJW Van Delden, yang berbentuk seperti rumah. Van Delden sendiri diketahui pernah menjadi Ketua Perdagangan VOC dan juru tulis di Indonesia Timur.
Selain itu ada makam Olivia Mariamne Raffles. Dari nama belakangnya saja kita sudah bisa menebak bahwa beliau adalah istri Sir Thomas Stamford Raffles, seorang negarawan terkenal dari Inggris. Makam Olivia sendiri tampak mencolok karena terbuat dari batu andesit. Juga ada nisan Soe Hok Gie. Tokoh pergerakan awal orde baru.
Tarif yang dikenakan kepada pengunjung hanya Rp5.000. Jam operasional museum dari jam 09.00 sampai 15.00, setiap Selasa hingga Minggu. Dari Stasiun Gambir hanya perlu Rp15.000 sampai Rp20.000 ongkos ojek untuk menuju lokasi. Atau naik taksi tak lebih dari Rp50.000 dari Stasiun Gambir.
Museum Minyak dan Gas Bumi
Museum Minyak dan Gas Bumi adalah museum yang dibangun untuk menandai peringatan 100 tahun industri minyak dan gas bumi Indonesia. Gagasan pendiriannya lahir ketika pembukaan upacara Konvensi Tahunan 'Indonesia Petroleum Association' ke-14 pada tanggal 8 Oktober 1985. pembangunan fisiknya dilakukan pada 1987. Dan resmi dibuka pada 20 April 1989 oleh Presiden Soeharto.
Gedung utama, atau disebut anjungan eksplorasi berbentuk anjungan lepas pantai yang berada di atas danau buatan seluas 11.000 m2, menjadi ciri khas pencarian minyak dan gas bumi. Dua bangunan pendukung berbentuk bundar (gilig), menyerupai tangki penyimpanan minyak yang mengapit gedung utama, disebut anjungan pengolahan.
Di gedung utama dan anjungan eksplorasi terdapat pameran seluk-beluk mengenai minyak dan gas bumi. Juga terdapat teater minyak yang memutar film pendek dan multislide mengenai asal mula serta hasil pengolahan minyak dan gas bumi di Indonesia.
Selain itu, terdapat ruang pameran berbagai benda dan bahan mengenai minyak dan gas bumi. Pada bagian bawah terdapat ruang sejarah yang menampilkan sejarah perkembangan geologi bumi terutama proses terjadinya minyak dan gas bumi. Di sudut lainnya, terdapat pohon minyak, menggambarkan berbagai produk yang dihasilkan dari pengolahan minyak bumi.
Di luar gedung dipamerkan juga peralatan pengeboran minyak dan peragaan benda-bendaeksplorasi serupa menara bor tahun 1930-an, berbagai pompa angguk, sebuah truk logging tua, pompa bensin engkol, dan sebuah kilang minyak tua.
Museum juga dilengkapi fasilitas perpustakaan, plaza penerima, dan ruang auditorium yang berfungsi sebagai tempat seminar lengkap dengan perangkat multimedia yang dapat disewa oleh masyarakat umum untuk berbagai keperluan.
Museum Perangko Indonesia
Meseum perangko didirikan atas gagasan Ibu Tien Soeharto. Gagasan itu dicetuskan ketika Ibu Tien mengunjungi pameran perangko yang diadakan oleh PT Pos Indonesia (Persero) pada acara Jambore Pramuka Asia Pasifik ke VI di Cibubur, Juni 1981. Bangunan museum perangko dengan bentuk bangunan bergaya Bali di atas lahan seluas 9.590 m2 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 29 September 1983.
Di sayap kanan dan kiri terdapat dua bangunan. Sayap kanan digunakan kantor pengelolaan dan tempat pertemuan. Sedangkan sayap kiri untuk kantor pos tambahan yang berfungsi memberikan layanan jasa PT Pos Indonesia (Persero).
Museum ini memamerkan koleksi perangko asal Indonesia dan luar negeri. Kompleks bangunan gedung dihiasi sejumlah ukiran dan patung gaya Bali dan Jawa, dikelilingi pagar tembok dengan dua pintu gerbang yang mengambil model dasar Candi Bentar. Selain berfungsi sebagai pintu, pagar ini juga menjadi pemisah antara halaman luar dan halaman kompleks bangunan.
Di halaman depan terdapat bola dunia dengan burung merpati membawa surat di paruhnya, lambing tugas PT Pos Indonesia (Persero) telah menjangkau seluruh dunia. Di depan pintu masuk gedung, berdiri patung Hanoman, yang dikenal sebagai Dhuta Dharma pembawa berita, misinya sama dengan PT Pos Indonesia (Persero). Di samping kiri dan kanan pintu masuk, ada dua lukisan gaya Bali karya pelukis Drs Wayan Sutha S yang merupakan cuplikan cerita pewayangan versi Bali, menggambarkan bahwa pada masa sebelum kertas dikenal seperti sekarang, surat-menyurat menggunakan Ron 'daun' tal.
Pameran dalam ruang penyajian II menampilkan materi berupa patung seorang perancang perangko, sejumlah slide proses pembuatan perangko dan proses melukis hingga menjadi perangko. Silinder cetak yang digunakan untuk mencetak perangko seri lukis Raden Saleh dan penampang fiber glass mesin cetak perangko lima warna yang digunakan oleh Perum Peruri dilengkapi motor penggerak.
Pada ruang penyajian III terdapat sejumlah perangko yang terbit tahun 1864-1950. Ruang penyajian IV menampilkan perangko dan souvenir sheet 'cari kenangan' yang diterbitkan sejak tahun 1950 dengan lima masa penerbitan: 1950-1959, tahun 1959-1966, tahun 1966-1973, tahun 1973-1983 dan tahun 1983-1993.
Ruang penyajian V menampilkan perangko yang disusun berdasarkan periode dan tema tertentu. Dalam ruang ini disajikan perangko bertema sosial, pariwisata, taru dan satwa, lingkungan hidup dan kemanusiaan. Ruang penyajian VI menampilkan perangko tematik, khususnya kepramukaan dan olahraga.
Museum Nasional Indonesia
Tahukah Anda apa museum terbesar di Asia Tenggara? Museum Nasional! Jawabnya. Museum yang juga dikenal sebagai Museum Gajah ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Didirikan Pemerintah Belanda pada 1778, Museum Gajah banyak mengoleksi benda kuno dari seluruh Nusantara termasuk arca, prasasti, barang kerajinan, dan benda-benda bersejarah lainnya. Semua koleksi tersebut dikategorisasikan ke dalam etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatik, relik sejarah, buku langka dan benda berharga. Saat berkunjung, jangan lewatkan koleksi arca Buddha dan Hindu tertua yang disimpan dalam Ruang Perunggu dan Arca Batu, dan lain lain.
Pada 24 April 1778 Pemerintah Belanda di Batavia mendirikan organisasi bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG). Lembaga ini bersifat independen dengan tujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi, dan sejarah. Selain itu, BG juga menerbitkan hasil-hasil penelitian. Semboyannya adalah “Ten Nutte van het Algemeen” yang berarti untuk kepentingan masyarakat umum.
Salah seorang pendiri lembaga ini, JCM Radermacher menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jl Kalibesar, yang pada masa itu merupakan kawasan perdagangan penting di Batavia. Ia pun menyumbangkan koleksinya berupa benda-benda budaya dan buku-buku. Sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal-bakal berdirinya museum dan perpustakaan.
Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dulu disebut gedung “Societeit de Harmonie”). Alasan pembangunan gedung baru ini tak lain karena rumah di Jl Kalibesar sudah penuh dengan berbagai koleksi. Bangunan ini berlokasi di Jl Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri Kompleks Gedung Sekretariat Negara, di dekat Istana Kepresidenan.
Jumlah koleksi milik BG terus meningkat sampai pada akhirnya museum di Jl Majapahit tidak dapat lagi menampung koleksinya. Pada 1862, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di Jl Medan Merdeka Barat No. 12 (dahulu disebut Koningsplein West). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada 1868. Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya 'Gedung Gajah' atau 'Museum Gajah' karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada 1871.
Kadang kala disebut juga 'Gedung Arca' karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode.
Hingga saat ini Museum Nasional menyimpan 160.000an benda-benda bernilai sejarah yang terdiri dari 7 jenis koleksi Prasejarah, Arkeologi masa Klasik atau Hindu – Budha; Numismatik dan Heraldik; Keramik; Etnografi, Geografi dan Sejarah.
Kompleks Museum Nasional dibangun di atas tanah seluas 26.500 meter persegi dan hingga saat ini mempunyai 2 gedung. Gedung A digunakan untuk ruang pamer serta penyimpanan koleksi. Sedangkan Gedung B, dikenal pula dengan sebutan Gedung Arca, yang dibuka secara resmi pada 20 Juni 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selain digunakan untuk pameran juga digunakan untuk kantor, ruang konferensi, laboratorium dan perpustakaan.
Museum Basoeki Abdullah
Mungkin bagi sebagian besar generasi sekarang tak kenal Basoeki Abdullah. Fransiskus Xaverius Basoeki Abdullah adalah salah seorang maestro pelukis aliran realis dan naturalis hebat sepanjang sejarah. Delapan tahun setelah Basoeki meninggal secara tragis pada tahun 1993, rumahnya direnovasi menjadi museum agar ia dapat selalu dikenang. Kini, kumpulan lukisan dan koleksi pribadi miliknya berupa patung, topeng, wayang, senjata, buku, dan sebagainya bisa kamu lihat di Museum Basoeki Abdullah.
Museum Serangga dan Taman Kupu
Museum Serangga didirikan atas prakasa pengurus Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) yang didukung Ibu Tien Soeharto. Tujuan utama dari museum ini adalah memperkenalkan keanekaragaman dunia serangga dan merangsang keinginan serta kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensinya dialam.
Pada tanggal 20 April 1993, bertepatan pada HUT TMII ke 18 , Museum Serangga diresmikan oleh Presiden Soeharto. Pada 1998 atas prakasa Soedjarwo dari yayasan Sarana Wana Jaya, museum serangga menambah fasilitas baru berupa Taman Kupu beserta kebun pakan, kandang penangkaran dan pelestarian kupu-kupu yang dilindungi dan langka.
Seluruh koleksi yang ada di museum Serangga & Taman Kupu ini berasal dari kepulauan Indonesia. Diperkirakan sekitar 16% jumlah jenis serangga di dunia ada di Indonesia.
Museum Serangga & Taman Kupu memiliki sekitar 600 jenis, terdiri dari kupu–kupu sekitar 250 jenis, kumbang sekitar 200 jenis dan kelompok serangga lainnya sekitar 150 jenis. Diorama –diorama yang dapat dilihat di Museum Serangga & Taman Kupu, antara lain, Pesona Kumbang Nusantara, Peranan Serangga Tanah dalam Ekosistem dan pelestarian ekosistem, peta serangga Indonesia, serangga-serangga perombak, peta kupu-kupu Indonesia, kupu-kupu bantimurung, serangga-serangga di pekarangan, serta banyak lagi koleksi serangga lainnya.
Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara)
Museum MACAN adalah museum pertama di Indonesia yang menampilkan karya modern dan kontemporer tanah air serta internasional, lho. Sebagian dari karya-karya tersebut merupakan koleksi yang dikumpulkan oleh penggagas museumnya sendiri, yaitu pengusaha Haryanto Adikoesoemo.
Tempat wisata Jakarta bertemakan seni kontemporer ini memiliki berbagai koleksi dari dalam dan luar Negeri. Dengan harga tiket masuk Museum MACAN yang relatif terjangkau, galery MACAN bisa dijadikan sebagai sarana edukasi & rekreasi.
Ratusan karya seni kontemporer bisa disaksikan di Museum MACAN. Tercatat tidak kurang dari 800 karya seni yang terdiri dari 50% karya seni terkemuka Indonesia dan sisanya berasal dari berbagai negara Eropa, Amerika Utara, China dan negara-nega Asia lainnya.
Museum Tekstil
Anda ingin mengenal sejarah kain tradisional Indonesia? Ini lah tempatnya. Museum Tekstil yang didirikan pada tahun 1976 ini tidak hanya membuka galeri batik yang menampilkan sejumlah batik kuno dan modern, tetapi juga kebun pewarna alam seluas 2.000 m2 di mana kamu bisa belajar tentang tanaman penghasil warna yang biasanya digunakan sebagai pewarna kain. Ditambah lagi, ada perpustakaan dan ruang pengenalan Wastra di mana kamu bisa mencoba untuk mengoperasikan alat tenun.
Museum Tekstil merupakan sebuah cagar budaya yang secara khusus mengumpulkan, mengawetkan, serta memamerkan karya-karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan Indonesia. Bertempat di Jl Aipda KS Tubun No.4, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, museum ini secara resmi dibuka pada 28 Juli 1976 dan berdiri dengan menempati gedung tua di atas areal seluas 16.410 meter persegi.
Sebagai sebuah museum tekstil terbesar di Indonesia, museum ini mempunyai koleksi-koleksi yang terhitung banyak, yakni sekitar 1.000 buah. Keistimewaan museum ini terletak pada koleksi-koleksinya yang kebanyakan merupakan koleksi tekstil tradisional Indonesia. Koleksi-koleksi tersebut dikelompokkan dalam empat bagian, yakni koleksi kain tenun, koleksi kain batik, koleksi peralatan, dan koleksi campuran.
Wisatawan yang berkunjung ke museum ini dapat menyaksikan aneka kain batik bermotif geometris sederhana hingga yang bermotif rumit, seperti batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Palembang, Madura, dan Riau. Selain itu, wisatawan juga dapat menyaksikan bendera Keraton Cirebon yang merupakan koleksi pilihan, karena usianya yang paling tua. Bendera itu terbuat dari bahan kapas berupa batik tulis yang berhias kaligrafi Arab. Bendera mirip plakat itu konon merupakan peninggalan bersejarah dari tahun 1776 M yang sangat disakralkan di Istana Cirebon. Pada saat itu bendera tersebut sering dipakai sebagai simbol syiar Islam.
Selain memamerkan koleksi pertekstilan, di museum ini juga terdapat sebuah taman di halaman belakang yang diberi nama Taman Pewarna Alam. Taman seluas 2.000 meter persegi ini berisi pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam. Penanaman pohon-pohon itu bertujuan mendidik masyarakat agar mengenal dan mengetahui pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam. Keistimewaan lainnya yang terdapat di museum ini adalah kursus membatik. Kursus ini dilaksanakan bersamaan dengan hari-hari buka museum.
Museum Wayang Jakarta
Museum ini terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta.
Museum ini menempati sebuah gedung yang artistik di Jl Pintu Besar Utara No. 27 Jakarta Barat yang dibangun tahun 1912. Tempat itu sebelumnya adalah tanah gereja yang dibangun pada tahun 1640 dengan nama de Oude Holandsche Kerk. Pada tahun 1732 diperbaiki dan namanya diganti menjadi de Nieuw Holandsche Kerk. Bangunan gereja ini pernah hancur total akibat gempa bumi.
Genootshap van Kunsten en Wetwnschappen yaitu lembaga yang menangani pengetahuan dan kebudayaan Indonesia membeli bangunan ini. Oleh lembaga itu, gedung tersebut diserahkan kepada Stichting Oud Batavia dan pada 22 Desember 1939 dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasche Museum. Pada tahun 1957, gedung ini diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia dan pada tanggal 17 September 1962 diberikan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta pada tanggal 23 Juni 1968 untuk dijadikan Museum Wayang.
Museum Wayang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tanggal 13 Agustus 1975. Museum Wayang menampilkan pula berbagai koleksi wayang dan boneka dari negara-negara sahabat, di antaranya Malaysia, Thailand, Suriname, Cina, Vietnam, Perancis, Rusia, Polandia, India, dan Kamboja.
Di museum ini dapat dilakukan studi bagi para pelajar dan akademis, bahkan dapat dijadikan tempat pelatihan, pusat dokumentasi, dan penelitian pewayangan, serta dapat dijadikan media pengetahuan budaya antardaerah, dan antarbangsa. Untuk mendukung keberadaannya, di museum ini secara periodic diadakan perubahan tata pamer, pagelaran wayang dan atraksi pembuatan wayang.
Museum Sejarah Jakarta
Museum Sejarah Jakarta pada mulanya digunakan sebagai gedung Balaikota (Stadhuis). Gedung ini merupakan gedung Balaikota kedua yang dibangun pada masa pemerintahan VOC di Batavia.
Selain sebagai Balaikota, gedung ini juga berfungsi sebagai Pengadilan, Kantor Catatan Sipil, tempat warga beribadah di hari Minggu, dan Dewan Kotapraja (College van Scheppen). Pada tahun 1925-1942 gedung ini juga dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 dipakai sebagai Markas Komando Militer Kota (KMK) I yang kemudian menjadi Kodim 0503 Jakarta Barat.
Setelah itu pada tahun 1968 gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta dan kemudian dijadikan sebagai Museum pada tahun 1974.
Museum Sejarah Jakarta yang terletak di Jl Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat, adalah sebuah lembaga museum yang memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada tahun 1919, dalam rangka 300 tahun berdirinya kota Batavia, warga kota Batavia khususnya Belanda mulai tertarik dengan sejarah kota Batavia. Pada tahun 1930 didirikanlah sebuah yayasan yang bernama Oud Batavia (Batavia Lama) yang bertujuan untuk mengumpulkan segala ihwal tentang sejarah kota Batavia. Maka pada tahun 1936, Museum Oud Batavia diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1936-1942). Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1939.
Museum Oud Batavia ini menonjolkan peninggalan-peninggalan Belanda yang bermukim di Batavia sejak awal abad XVI.
Museum Layang-Layang
Museum Layang-Layang ini merupakan museum layang-layang pertama di Indonesia. Jumlah koleksi layang-layang di museum ini berjumlah 600, namun jumlah tersebut terus bertambah seiring datangnya koleksi-koleksi baru dari para pelayang daerah dan luar negeri maupun layang-layang yang dibuat sendiri oleh karyawan museum.
Museum Layang-Layang Indonesia didirikan oleh seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Gallery yang bergerak di bidang layang-layang yang bernama Endang W Puspoyo. Kecintaannya pada layang-layang membuat ia tergerak untuk mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia. Kiprahnya dalam mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia membuat museum ini mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk pemecahan rekor pemrakarsa dan penyelenggara pembuatan layang-layang berbentuk diamond terbesar pada 2011 serta penghargaan kepariwisataan Indonesia pada 2004, yang diberikan oleh I Gede Ardika selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu.
Layang-layang yang dikoleksi museum ini tak hanya berasal dari Indonesia saja, tetapi museum ini juga mengoleksi layang-layang dari berbagai negara, contohnya Tiongkok, Jepang, Belanda, Vietnam, dan beberapa negara lainnya. Mulai dari layang-layang miniatur yang berukuran 2 sentimeter, hingga yang berukuran besar. Bahkan museum ini memiliki beberapa layang-layang berukuran raksasa terbesar di tanah air seperti “Megaray” berukuran 9 x 26 meter. Museum Layang-layang bisa dikunjungi setiap hari kecuali hari libur nasional mulai pukul 9 pagi hingga 4 sore.