Saintis Data Bakal Jadi Profesi Termahal di Dunia
unpi/republika • Kamis, 22 Agustus 2019 09:01 Wib
Sumber Foto : videohive.net
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Banyak jenis pekerjaan yang hilang era 4.0, menurut Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Pratikno. Tapi, ia menilai, banyak bermunculan pula jenis pekerjaan baru.
Pratikno merasa, dari fenomena itu profesi saintis data jadi profesi termahal di dunia. Pasalnya, ia berpendapat, profesi saintis data akan menjadi jenis pekerjaan yang paling dicari di dunia.
"Data Scientists profesi termahal di dunia," kata Pratikno.
Ia menuturkan, profesi data saintis merupakan orang yang memiliki kompetensi yang mampu mengkombinasikan banyak dasar ilmu. Mulai dari ilmu matematika, statisika, komputer sains sampai ilmu bahasa.
"Semakin lama, profesi ini semakin dibutuhkan," ujar Pratikno, dilansir Republika.
Meski begitu, ia berpesan, setiap lulusan perguruan tinggi harus memiliki kompetensi dari ilmu masing-masing agar memiliki peluang lebih besar mendapat pekerjaan. Tapi, jangan pula bergantung.
"Apapun gelar dan bidang ilmu semakin dibutuhkan, memiliki technical skill juga memiliki social skilll, maka sebaiknya bergaul lintas fakultas dan lintas prodi akan lebih baik," kata Pratikno.
Pratikno melihat, era disrupsi transformasi digital memberi banyak peluang terbuka walaupun banyak profesi yang hilang. McKinsey Global Institute memprediksi ada 75-375 pekerjaan hilang pada 2030.
Untuk itu, ia mengingatkan, agar lulusan UGM tidak segan-segan untuk mengganti cita-cita profesi yang diidamkan. Sebab, bisa saja profesi yang diimpikan sudah tidak sesuai kebutuhan masa mendatang.
"Jadi, cita-cita saudara masuk ke UGM empat tahun lalu, barangkali direvisi, bisa jadi tidak relevan lagi atau sudah usang," ujar Pratikno.
Meski ada fenomena pekerjaan tersebut, ia menilai, untuk menduduki jabatan prestisius tidak perlu meniti karir dari bawah. Pejabat, misalnya, tidak harus CPNS karena bisa lewat profesi-profesi lain.
Bisa menjadi Wirausaha atau bekerja di korporasi swasta. Menurut Pratikno, menjadi politisi tidak mesti mendaftar ke partai politik tapi memilih ruang untuk bisa terus belajar dan mengembangkan diri.