Dalam Seabad, Ada 30 Negara Sukses Memindahkan Ibu Kotanya
unpi/kemkominfo • Kamis, 11 Juli 2019 10:00 Wib
Sumber Foto : tempo.co
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, "Dalam 100 Tahun ini ada 30 negara yang sukses memindahkan ibu kotanya."
Hal ini disampaikannya dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertajuk 'Pindah Ibu Kota Negara: Belajar dari Pengalaman Negara Sahabat', di Jakarta, Rabu (10/7/2019).
Dalam acara ini berlangsung di Ruang Rapat Benny S Mulyana, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu, Bambang Brodjonegoro menyatakan di antara 30 negara yang sukses memindahkan ibu kotanya adalah Brasil (Brasilia), Malaysia (Putrajaya), KoreaSelatan (Sejong), Kazakhstan (Astana), dan Australia (Canberra). Sedangkan negara besar lainnya seperti Mesir, Iran dan Liberia sedang dalam tahapan membangun ibu kota barunya.
"Sejarah mencatat bahwa setiap 3-4 tahun sekali terjadi pemindahan ibu kota negara. Kini, bahkan dalam 2 tahun sekali terjadi perpindahan ibu kota negara," tukas Kepala Bappenas, dilansir laman resmi Kemkominfo.
Kepala Bappenas menambahkan, Indonesia bisa melajar dari negara yang memiliki kesamaan padahal tempatnya jauh seperti Brasil. "Kita sama sama negara anggota G-20. Brasil dan Indonesia dikenal sebagai memiliki PDB terbesar. Wilayah Indonesia dan Brazil juga masuk terbesar di dunia. Indonesia adalah egara kepulauan. Brasil adalah negara kontingen. Pemindahan ibu kota bukan hal baru, sering dilajukan juga oleh berbagai negara. Salah satunya adalah Brasil dari Rio de Janeiro ke Brasilia."
Apa pembelajaran positif dari pemindahan ibu kota di negara-negaratersebut? Pertama, Bambang Brodjonegoro menjelaskan pembelajaran dari Brasil yaitu dengan motivasinya untuk memperbarui kebanggaan nasional dengan membangun ibu kota yang modern di abad 21. Selanjutnya meningkatkan kesatuan nasional dengan membuka lahan kosong di tengah-tengah Brasil.
Bambang Brodjonegoro melanjutkan bahwa pemindahan ibu kota Brasil ini juga tidak meremehkan resiko politik kebutuhan untuk mempercepat penyelesaian pembangunan dalam 5 (lima) tahun mengakibatkan kompromi yang serius dari rencana awal.
Menurutnya, perhitungan yang realistis terhadap biaya menjadi kunci utama dimana land value di Brasilia naik lebih lambat dari yang diperkirakan, mengakibatkan pengeluaran pemerintah yang sangat besar untuk membangun kota baru.
Selanjutnya merencanakan untuk peduduk dari semua lapisan masyarakat. "Perencanaan telah disusun dengan baik, namun pelaksanaan yang tergesa-gesa mengakibatkan penjualan superblok tidak teratur dan berpihak kepada penawar tertinggi," tambahnya.
Lalu menanamkan modal investasi pada infrastruktur nasional. "Infrastruktur dapat memberikan dampak positif terhadap pemerataan pembangunan," pungkas Bambang Brodjonegoro.