Ramadhan Bulan Produktif
unpi/republika • Selasa, 07 Mei 2019 12:45 Wib
Sumber Foto : hdwpro.com
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Sejatinya, berpuasa pada bulan Ramadhan tidaklah menjadikan aktivitas umat Islam berkurang, apalagi larut dalam kemalasan. Justru pada saat melaksanakan puasa, umat harus lebih produktif, bersemangat, dan bertenaga. Sebab, tidak sedikit peristiwa penting dan bersejarah dalam dunia Islam yang terjadi pada bulan Ramadhan.
Sebut saja, turunnya ayat suci Alquran pertama kali pada bulan Ramadhan. Kemenangan pasukan Rasulullah SAW dalam Perang Badar, pada 17 Ramadhan tahun 7 Hijriah. Tariq bin Ziyad berhasil menaklukkan Andalusia pada Ramadhan tahun 92 Hijriah. Bahkan, Tariq memimpin armada Islam menyeberangi laut yang memisahkan Afrika dan Eropa.
Pendirian Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, oleh Dinasti Fatimiyah berlangsung pada Ramadhan 361 Hijriah. Salah satu pemimpin perang umat Islam, Salahuddin al-Ayyubi, dapat mengalahkan tentara Salib pada Ramadhan 584 Hijriah.
Serangkaian peristiwa penting pada bulan Ramadhan ini, mengilustrasikan bahwa Ramadhan tidak hanya menjadi sarana penempaan jiwa dan spiritual, tetapi juga dapat menjadi sarana bagi umat Islam untuk meningkatkan produktivitas raganya.
Rasulullah SAW lebih menghargai umatnya yang produktif daripada yang bermalas-malasan. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, andaikan ada di antara kalian yang berusaha membawa seutas tali dan pergi ke sebuah bukit untuk mencari kayu bakar. Kemudian, kayu bakar itu dipikul di punggungnya untuk dijual. Sehingga dia dapat memenuhi kebutuhannya. Tentunya, tindakan itu jauh lebih terhormat, ketimbang ia meminta-minta kepada orang lain" (HR Bukhari).
Spirit yang ingin dibangun Rasulullah melalui hadis tersebut, umat Islam harus menjadi umat yang produktif untuk memenuhi kebutuhannya. Meskipun, harus bekerja kasar mengambil kayu bakar di hutan kemudian menjualnya, daripada terlena dalam kemalasan dan meminta-minta.
Terkait dengan itu, Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa agar umatnya terhindar dari kebingungan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, dan lilitan utang.
"Allahumma inni a'udzu bika minal hammi wal hazani wa a'udzubika mina 'ajzi wal kasali wa a'udzubika minal jubni wal bukhli wa a'udzubika min ghalabati daini waqahrirrijal."
(Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan. Aku juga berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari karakter pengecut dan sifat kekikiran. Aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan orang lain.)
Oleh karena itu, setiap aktivitas umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan haruslah dilakukan dengan kegembiraan, kesenangan, kekuatan, dan semangat mengharap ridha Allah.
Sebab, nilai ibadah puasa seorang Muslim bergantung pada seberapa maksimal dan produktif dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Sebagaimana Allah ingatkan dalam Alquran, "Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Allah mencukupkan balasan perbuatan mereka, dan mereka tidak dirugikan" (QS al-Ahqaf [46]: 19).
Sumber : Republika