UNPI-CIANJUR.AC.ID - Dokter spesialis paru dari RSUP Persahabatan menyarankan agar masyarakat menghindari berolahraga di tempat-tempat yang terdapat konsentrasi polusi udara tinggi untuk menghindari masuknya polutan ke dalam tubuh.
Ketua Departemen Paru Fakultas Kedokteran UI RSUP Persahabatan DR dr Agus Dwi Susanto Sp.P(K), FAPSR, FISR saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan polutan akan lebih banyak masuk ke dalam tubuh di saat frekuensi napas seseorang sedang tinggi karena berolahraga.
"Hindari beraktivitas di luar ruangan pada saat kadar polutan yang tinggi, kalau siang-siang lari-lari, senam, pada saat polusi tinggi, yang ada frekuensi napas meningkat polutan pada masuk," kata Agus, dilansir Antaranews.
Dia menyarankan agar berolahraga di tempat dengan kadar oksigen tinggi dan bersih dari polusi udara. Menurutnya, masyarakat perlu memetakan daerah mana yang memiliki kadar polusi tinggi dan mengurangi kegiatan di tempat tersebut.
"Olahraga saat libur di daerah yang oksigennya bagus. Karena di situ kita ada keseimbangan, di hari kerja terekspos polusi, di hari libur memasukan udara bersih," jelas dia.
Dia menjelaskan sekitar 90 persen polusi udara perkotaan bersumber dari sektor transportasi. Udara di jalan-jalan perkotaan cenderung masih bersih atau tidak ada polusi udara di pagi hari di bawah jam 06.00, sementara polutan akan semakin meningkat pada siang hari dan terakumulasi pada sore hari di saat jam pulang kerja.
"Salah satu cara mengurangi polusi ya berangkat kerja pagi-pagi. Di bawah jam 06.00 kadar polutannya lebih rendah, kelembaban udara tidak terlalu tinggi. Kalau siang sudah panas, kelembaban udara tinggi, partikel-partikel bisa menguap, polutan bertambah. Sehingga orang pulang kerja lebih berisiko karena polutannya terakumulasi," kata dia.
Selain itu, penggunaan masker juga bisa mencegah masuknya polutan ke dalam tubuh agar tidak menimbulkan penyakit akibat polusi udara.
Utamanya, Agus mengatakan seseorang harus bisa menjaga daya tahan tubuh atau imunitas yang maksimal agar bisa menangkal berbagai zat berbahaya dari luar dengan menerapkan pola hidup yang sehat.
"Dengan pola hidup sehat daya tahan tubuh kita sehat, imunitas kita lebih bagus, fungsi imun untuk menangkal bahan-bahan berbahaya dari luar bisa maksimal," kata Agus.
Selain itu, ketersediaan ruang terbuka hijau atau paru-paru kota yang disediakan oleh pemerintah juga dapat membantu menetralisasi kadar polutan di udara.
Pencegahan penyakit akibat polusi udara juga bisa dilakukan dengan pengurangan sumber polutan di perkotaan. Pengurangan jumlah kendaraan bermotor oleh masyarakat dengan beralih ke moda transportasi massal bisa sangat membantu pengurangan polutan perkotaan yang 90 persennya bersumber dari kendaraan bermotor.