UNPI-CIANJUR.AC.ID - Sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan, tak banyak perubahan dalam masyarakat karena kehidupan sosial politik masih diawasi oleh Jepang.
Pemuda dan mahasiswa lalu menggagas rapat umum di lapangan Ikada untuk mempertemukan pemimpin dengan rakyat, meski ada larangan berkumpul lebih dari lima orang. Tujuannya untuk menunjukan kepada Jepang bahwa rakyat mendukung pemerintah RI yang merdeka dan berdaulat.
17 Agustus
Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan Kemerdekaan
18 Agustus
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan, UUD 1945 dan Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
2 September
Kabinet yang terdiri dari 16 Menteri mulai bekerja. Banyak rapat dan perkumpulan digelar dimana-mana.
14 September
Pihak Jepang mengeluarkan larangan berkumpul lebih dari lima orang.
19 September
Ribuan orang berkumpul di Lapangan Ikada untuk mengadiri rapat umum.
Massa yang berkumpul tidak hanya berasal dari Jakarta, tapi juga dari Tangerang, Bekasi, dan berbagai kota lain di sekitarnya. Beberapa sumber menyebut, motif rakyat berkumpul saat itu hanya untuk memastikan bahwa mereka sudah benar-benar bebas dari penjajahan.
Kendati, dari yang terlihat nyaris tak ada yang berbeda. Apalagi tentara-tentara Jepang masih berkeliaran di berbagai tempat.
Maka itu, Soekarno yang didesak oleh mahasiswa untuk datang, pun berpikir bahwa kehadirannya di tempat yang belakangan menjadi tempat Monumen Nasional berdiri itu akan sangat menentukan. Karenanya ia pun memutuskan untuk datang, walaupun terdapat banyak pihak meragukan keselamatannya dan kekhawatiran terjadinya konflik.
Dari berbagai catatan disebutkan, pidato singkat Soekarno saat itu dinilai mampu menjadi obat atas keraguan rakyat negara yang saat itu masih sebagai bayi. Nyaris tidak ada kecaman terhadap pemimpin pertama Indonesia itu.
Sekalipun, hanya untuk mendengar pidato super singkat itu, masyarakat harus menunggu hingga 10 jam. Tak kalah menarik, keributan yang sempat dicemaskan oleh banyak kalangan, sama sekali tidak terjadi. Penduduk yang hadir mampu memperlihatkan "disiplin" seperti diharapkan oleh sang pemimpin.
(Sumber Artikel: Antaranews/Kompasiana)