UNPI-CIANJUR.AC.ID - Kepala Sub Direktorat Arbovirosis Kementerian Kesehatan RI Guntur Argana mengimbau masyarakat mengenai pentingnya mewaspadai demam berdarah dengue (DBD) saat Indonesia memasuki musim hujan, yang biasanya berlangsung sekitar akhir bulan September.
"Kita juga harus antisipasi nanti musim awal penghujan bulan Oktober, November, Desember, itu kita yang was-was," katanya.
Guntur menuturkan, ketika musim hujan, tempat yang bisa menampung air seperti kaleng dan botol bekas dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor atau serangga penular penyakit DBD.
Perilaku masyarakat yang kurang sadar terhadap pemberantasan sarang nyamuk---seperti tidak menutup tempat penampungan air dengan rapat atau membiarkan kaleng bekas dan botol terbuka sehingga dapat menampung air hujan, akan menciptakan tempat nyamuk bertelur dan berkembang.
Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Kementerian Kesehatan RI Suwito mengatakan apabila populasi nyamuknya meningkat, kasus DBD bisa meningkat.
"Populasi nyamuk vektornya meningkat apabila ada tempat-tempat pengembangbiakan. Pada musim hujan yang tadinya tidak ada air, yang tadinya tempat botol kaleng kosong dan tidak air, kemudian ada air, itu akan memungkinkan untuk nyamuk tumbuh cepat menjadi banyak, akan diiringi dengan peningkatan kasus DBD," katanya, seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Oleh karena itu, Suwito mengingatkan pentingnya perubahan perilaku masyarakat untuk ikut memberantas sarang nyamuk.
"Jadi, musim berkaitan dengan populasi nyamuk, populasi nyamuk terkait dengan peningkatan kasus," ujarnya.
Suwito menjelaskan, strategi pencegahan dan pengendalian penyakit DBD antara lain dengan gerakan masyarakat untuk hidup sehat melalui 3M, yaitu menguras tempat-tempat penampungan air secara rutin, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang barang bekas yang masih bernilai ekonomis.
Kegiatan 'Satu Rumah Satu Jumantik' didorong agar setiap rumah memiliki satu orang anggota rumah yang melakukan pemantauan jentik nyamuk dan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan rumah sendiri.
Kemudian penguatan sumber daya manusia termasuk tenaga ahli laboratorium untuk penegakan diagnosa dan dokter untuk peningkatan pengobatan.
Selanjutnya memadukan berbagai metode yang sudah ada sehingga mengurangi pemakaian pestisida untuk memberantas nyamuk pembawa virus dengue yang menyebabkan DBD.
Tidak kalah penting juga adalah kolaborasi lintas sektor. Misalnya bekerja sama dengan kementerian untuk membangun rumah yang tidak banyak tempat berkembang biak nyamuk dan tempat wisata tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Pengendalian vektor juga perlu dukungan dari masyarakat melalui peningkatan edukasi. "Kita fokus ke pengendalian vektor karena obat belum ditemukan, vaksin masih dalam penelitian," tuturnya.
Pengendalian vektor bertujuan untuk menurunkan populasi vektor, maka kontak nyamuk dengan manusia berkurang, sehingga kasus DBD bisa dihindari.
"Populasi nyamuk ditekan, kasus DBD bisa ditekan," ujar Suwito.