UNPI-CIANJUR.AC.ID - Fenomena astronomi langka akan terjadi di belahan Bumi pada 27-28 Juli 2018. Fenomena Bulan Merah atau Blood Moon terpanjang dengan durasi 1 jam 43 menit dapat disaksikan oleh penduduk Bumi.
Blood Moon sendiri hanya terjadi ketika gerhana Bulan total. Peristiwa ini secara ilmiah tidak akan menimbulkan dampak negatif, melainkan akan menjadi pemandangan yang sangat indah di langit malam.
Bulan, yang biasanya berwarna putih keabu-abuan, akan tampak berubah warna menjadi merah atau coklat kemerah-merahan. Itulah mengapa dijuluki sebagai "Bulan darah" karena warnanya yang memang mirip dengan darah.
Fenomena langit tersebut terjadi saat Bulan tepat di tengah umbra Bumi. Rona merah kecokelatan pada rembulan disebabkan oleh hamburan rayleigh, efek atmosfer yang serupa dengan efek yang menyebabkan langit memerah saat Matahari terbenam, pada atmosfer Bumi yang sampai ke bayangan umbranya.
Untuk negara di Asia dan Australia, waktu terbaik menyaksikan fenomena ini adalah pada dini hari, dilansir dari laman Indian Express. Sementara, warga di Eropa dan Afrika bisa menyaksikan saat malam hari, antara matahari terbenam hingga tengah malam pada 27 Juli 2018.
Sementara untuk Indonesia, gerhana bulan total ini bisa diamati mulai pukul 00.15 WIB, ketika Bulan memasuki bayangan penumbra Bumi.
Gerhana total akan dimulai pukul 02.30 WIB, saat Bulan sepenuhnya sudah memasuki bayangan umbra Bumi. Selanjutnya, puncak gerhana akan terjadi pukul 03.22 WIB dan akan berakhir pukul 04.13 WIB.
Peristiwa ini aman untuk diamati dengan mata telanjang. Kita tidak perlu filter gerhana untuk mengamatinya.
Mars juga akan tampak sangat besar dan cerah pada 27 Juli malam, ketika planet merah menuju titik terdekat dengan Bumi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
Jika cuaca cerah, para pengamat langit akan menyaksikan pemandangan Mars yang indah di samping bulan yang bersinar merah.
Gerhana bulan merah darah tersebut akan terlihat di belahan bumi timur (eastern hemisphere) yakni di Eropa, Afrika, Asia, Australia dan Selandia Baru.
Orang-orang yang ada di Amerika Utara dan wilayah Arktik-Pasifik tak akan menyaksikan fenomena langit tersebut.