UNPI-CIANJUR.AC.ID - Recep Tayyip Erdogan telah memenangkan pemilihan presiden Turki dan semakin mengukuhkan posisinya sebagai orang nomor satu di negara tersebut.
Setelah 15 tahun berada di puncak dunia politik Turki, dia mengalahkan oposisi, mengamankan kepresidenan di putaran pertama dan partainya juga menguasai parlemen.
Recep Tayyip Erdogan, 64 tahun, bukan hanya mempertahankan kepresidenan sampai paling tidak tahun 2023, tetapi dia juga telah memperkuat kepemimpinannya.
Kekuatan baru yang didukung referendum tahun 2017 sekarang akan berkuasa dan mengubah peran seremonial menjadi posisi eksekutif kunci di negara anggota NATO ini.
Dia memenangkan 52,5% suara sehingga terhindar dari pemungutan suara putaran kedua, meskipun ekonomi negara bermasalah.
Untuk pertama kali, warga Turki memberikan suara untuk parlemen baru pada hari yang sama dan memberikan partai presiden, partai AK yang Islamis kekuasaan mayoritas lewat persekutuan dengan pihak nasionalis.
Lawan utama Erdogan telah memperingatkan bahwa Turki akan menjadi "rezim satu orang penguasa".
Recep Tayyip Erdogan lebih banyak melakukan perubahan di Turki dibandingkan pemimpin-pemimpin yang lainnya sejak pendirian negara modern.
Dia adalah orang pertama yang menjadi perdana menteri selama dua masa jabatan dan sejak tahun 2014 dan kemudian menjadi presiden. Di bawah kepemimpinannya ekonomi Turki tumbuh dan layanan umum terus membaik.
Hasil pemilihan umum tanggal 24 Juni menunjukkan dukungan kepada seorang pemimpin yang mengalahkan lawan-lawannya dan mendapatkan dukungan hampir semua media.
Erdogan telah mengkonsolidasi kekuasaan sejak terjadinya usaha kudeta tahun 2016 yang berhasil digagalkan.
Sejak saat itu Turki berada dalam keadaan darurat, dimana 107.000 pegawai negeri dan tentara diberhentikan. Lebih 50.000 orang ditahan dan menunggu diadili sejak bulan Juni 2016.