UNPI-CIANJUR.AC.ID - Kemunculan pasta gigi konvensional dengan beragam penawaran manfaat membuat masyarakat modern tak lagi melirik siwak. Padahal organisasi kesehatan dunia (WHO) telah merekomendasikan siwak sebagai alat pembersih gigi alami.
Tak hanya di wilayah Timur Tengah, siwak juga digunakan di negara lain salah satunya Jepang. Orang Jepang menyebut siwak dengan sebutan 'kiyoji'. Oleh karenanya kini siwak pun diekstrak menjadi serbuk dan digunakan sebagai campuran pasta gigi.
Di bulan puasa, penggunaan siwak pun kemudian dianjurkan, baik sebagai alat menjaga kesehatan dan kebersihan gigi, maupun sebagai sarana mendekatkan diri pada sunnah nabi. Ungkapan ini disampaikan Syifa Fauzia, Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim. Ia mengatakan siwak telah digunakan di kalangan umat Islam sejak Nabi Muhammad SAW, dan beberapa hadits pun menyebut manfaat siwak dalam menjaga kebersihan gigi.
"Kebersihan mulut itu hal yang penting terutama dalam berinteraksi. (Bersiwak) perpaduan mendekatkan diri dengan hadits nabi dan kebersihan diri," ujarnya, seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Sementara itu, Nada Ismah, dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia berkata siwak telah dipakai berabad-abad yang lalu. Semakin maju peradaban dan kemunculan pasta gigi konvensional, terdapat beragam riset yang membandingkan siwak dengan pasta gigi. Nada menjelaskan siwak mengandung 19 zat alami antara lain fluor, sulfur, antiseptik astringent, chlorin, dan essential oils.
Zat-zat ini antara lain memiliki fungsi memperkuat email gigi (fluor), memutihkan gigi (chlorin), mencegah pertumbuhan bakteri baik di gigi maupun gusi (antisiptic), pemulihan luka pada mulut atau gusi (sulfur dan vitamin C) serta mendorong produksi saliva atau liur (essential oils).
Nada menuturkan, puasa membuat kegiatan mengunyah berhenti selama 12 jam lebih sehingga mulut pun kering. Kehadiran siwak dapat membantu mengurangi jumlah bakteri serta kandungan minyak esensial meningkatkan produksi saliva.
Di Indonesia, siwak masih terdengar begitu asing. Siwak berasal dari pohon ara atau memiliki nama Latin Salvadore persica. Tanaman ini tersebar di sekitar wilayah Timur Tengah termasuk Mekkah dan Madinah sehingga ia kerap dijadikan oleh-oleh orang yang menunaikan ibadah haji atau umroh.
Siwak dapat digunakan secara langsung layaknya sikat gigi. Berbentuk batang kayu kecil, ujung siwak dapat dibentuk menyerupai serabut kemudian digosokkan pada gigi. Jika dibayangkan mungkin orang khawatir sebab siwak yang berupa serat kayu digosokkan langsung ke gigi, tetapi Nada menjelaskan serta apda siwak tidak merusak gigi.
"Siwak itu seratnya halus, tidak abrasif (bersifat mengikis). Sifat abrasif sebenarnya ada tapi kita menyesuaikan, jangan seperti mengamplas," imbuhnya.
Syifa menambahkan bulan Ramadan menjadi momen untuk berhijrah alias berpindah atau berubah. Segala sesuatu yang tadinya belum baik menjadi lebih baik. Hijrah memiliki makna berkomitmen dalam hati ingin berubah menjadi lebih baik.
"Kalau memakai produk sesuai sunnah, mendekatkan diri pada sunnah Nabi Muhammad SAW, ini jadi langkah awal berhijrah," katanya.