UNPI-CIANJUR.AC.ID - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengajak anak muda meningkatkan hasil karya digital sehingga Indonesia menjadi pemain dalam lanskap digital, sekaligus memastikan kelanggengan persatuan dan kesatuan.
Dalam sambutannya yang dibacakan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Rosarita Niken Widiastuti, Rudiantara mengatakan, "Generasi yang hidup di era bonus demografi saat ini, juga beririsan dengan generasi milenial yang terpapar oleh masifnya perkembangan teknologi digital. Jika tidak bisa menjadi pemain pasar, maka digitalisasi justru akan menjadi ancaman."
Digitalisasi di berbagai bidang membuka jendela peluang, namun dapat menjadi ancaman jika hanya pasif sebagai pengguna dan pasar, sebaliknya akan menjadi berkah jika mampu menaklukan, dengan menjadi pemain yang menentukan lanskap ekonomi berbasis digital dunia.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, Rudiantara menyebutkan dalam kurun waktu dua tahun lagi Indonesia akan memasuki era keemasan 'Bonus Demografi', di mana usia penduduk produktif lebih tinggi dibanding usia non-produktif.
Ia menambahkan, "Era ini akan menyuguhkan berbagai potensi keuntungan, salah satunya angka ketergantungan penduduk diperkirakan akan mencapai titik terendah yaitu 46,9 persen."
Untuk itu Menkominfo Rudiantara mengajak semua pihak agar dapat memanfaatkan potensi keuntungan tersebut dengan baik agar tidak sekadar menjadi proyeksi.
"Kita akan masuk era keemasan bonus demografi yang akan berpuncak di 2028-2031. Proyeksi keuntungan bonus demografi ini akan tinggal proyeksi, jika mutu sumber daya manusia puncak tersebut tidak dapat mengungkit mesin pertumbuhan ekonomi. Usia produktif hanya akan jadi rentang catatan usia dibanding catatan produktivitas," ungkapnya.
Menkominfo juga mengaku bangga pada anak-anak muda kreatif Indonesia yang mampu menaklukkan gelombang digitalisasi. "Banyak kreator konten dan pengembang aplikasi Indonesia yang mendunia. Mereka jadikan internet, media sosial, situs web, sebagai ladang baru untuk berkarya, dan pasar yang menjanjikan bagi kreativitas," tuturnya.
Ia mengatakan, "Tidak ada satu pihak yang tanggung jawabnya lebih besar dibanding yang lain untuk ini. Mari kita bersama-sama jauhkan dunia digital dari anasir (suatu/paham) pemecah-belah dan konten negatif, agar anak-anak kita bebas berkreasi, berekspresi, dan mendapatkan manfaat."