UNPI-CIANJUR.AC.ID - Dampak meminum kopi terhadap kesehatan kerap menjadi perdebatan. Beberapa studi telah menemukan bahwa meminum kopi secara rutin dapat memberikan dampak positif, namun studi-studi lainnya berkata sebaliknya.
Sebuah aturan baru di California, Amerika Serikat bahkan mewajibkan perusahaan-perusahaan kopi untuk menyertakan label peringatan di kemasan kopi mereka, akan suatu bahan kimia pemicu kanker yang terkandung di dalam minuman tersebut, dilansir dari The Verge.
Bahan kimia yang disebut dapat memicu kanker tersebut adalah acrylamide, suatu bahan yang juga dapat ditemukan di beberapa makanan dan asap rokok. Walau acrylamide dalam jumlah yang besar telah dikaitkan dengan penyakit kanker pada penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap tikus, keterkaitan ini tidak ditemukan pada manusia, menurut American Cancer Society.
Di sisi lain, sejumlah studi menemukan dampak positif meminum kopi terhadap kesehatan. Studi yang dipublikasi oleh The British Medical Journal menyebut bahwa meminum kopi dapat menurunkan resiko kanker kulit, prostat, hati dan uterus.
Meminum tiga hingga empat cangkir kopi tiap hari juga bisa menurunkan resiko penyakit jantung, menurut mantan presiden Asosiasi Jantung Amerika Donna Arnett. Kandungan di dalam kopi yang bersifat anti-peradangan juga dapat menurunkan resiko kematian prematur sebanyak 64 persen, dilansir dari Statnews.
Menurut Profesor Riset dan Kebijakan Kesehatan Stanford University John Ioannidis, lebih baik bersikap skeptis terhadap hasil studi-studi ini, baik studi yang menyebut dampak negatif maupun dampak positif meminum kopi. Ia menyebut, jumlah acrylamide yang terkandung dalam kopi terlalu rendah untuk mengakibatkan kanker.
"Dari jutaan hal yang ada di sekitar kita, [kopi] merupakan salah satu hal yang paling aman dilihat dari dampaknya terhadap kanker," ucap Ioannidis, seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Penelitian-penelitian mengenai dampak positif kopi terhadap kesehatan juga kebanyakan bersifat observasional, menurut Ioannidis. Penelitian ini didasarkan pada laporan partisipan akan kebiasaan sehari-hari mereka, dan hal ini belum tentu sepenuhnya akurat. Orang-orang bisa lupa, atau berbohong.
Selain itu, terlalu banyak faktor yang memengaruhi kesehatan tiap orang, jelas Ioannidis. Penelitian-penelitian observasional tidak cukup untuk mengamati ini semua.
Untuk benar-benar mengetahui apakah kopi berdampak positif terhadap kesehatan, peneliti harus melakukan eksperimen yang sangat terkontrol dalam jangka waktu bertahun-tahun. Menurut Arnett, penelitian jenis ini akan sangat susah dilakukan.
Pada akhirnya, menurut Ioannidis, kita tidak akan pernah benar-benar tahu bagaimana kopi berdampak terhadap kesehatan kita. Oleh karenanya, lebih baik tidak perlu risau.
Ioannidis mengatakan, "Saya tidak akan terkejut, sebenarnya, jika (meminum kopi) tidak memberi dampak positif dan negatif signifikan apapun."
Jika memang suka minum kopi, lanjut Ioannidis, lanjutkan kebiasaan tersebut. Namun, jangan minum kopi karena ingin hidup lebih panjang. Minumlah kopi karena memang hal tersebut merupakan sesuatu yang dinikmati.