UNPI-CIANJUR.AC.ID - Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperingatkan bahwa dunia dalam bahaya krisis air global. Laporan bersama Bank Dunia dan PBB menyatakan saat ini 40 persen populasi dunia mengalami kelangkaan air.
Laporan yang disusun berdasarkan penelitian selama dua tahun tersebut mengatakan 700 juta orang akan menderita akibat kelangkaan air parah pada 2030. Bertajuk "An Agenda for Water Action", dokumen tersebut merupakan kumpulan hasil panel tinggi soal air.
Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, dilansir CNNIndonesia, mengatakan, "Ekosistem basis kehidupan - keamanan pangan, keberlanjutan energi, kesehatan masyarakat, pekerjaan, kota - semua terancam karena bagaimana air sekarang dikelola."
"Dunia tak bisa lagi mengambil air begitu saja secara cuma-cuma," katanya seperti dilaporkan CBS News, Rabu (14/3).
Beberapa ilmuwan dan penentu kebijakan berpendapat perang abad ke-21 mungkin akan terjadi akibat perebutan air.
Koresponden '60 Minutes' Lesley Stahl melaporkan pada 2014 bahwa permintaan air bersih untuk konsumsi dan bercocok tanam meningkat, dan masalah ini semakin parah.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyerukan agar dunia harus mulai bergerak mulai dari sekarang, "Kita harus bergerak mengatasi krisis air global sekarang, Tidak ada pilihan lain," kata Rutte saat mempresentasikan laporan terbaru tersebut.
"Solusi inovatif dari pemikir kreatif masa kini dapat menyelamatkan masa depan untuk generasi yang akan datang," kata Rutte menambahkan. Meski begitu, kekurangan air bersih semakin meningkat.
"Ada banyak masalah menyangkut air, contohnya kekeringan parah yang disebabkan perubahan iklim, yang sekarang dialami Afrika Timur," kata Dan Shepard, juru bicara Departemen Informasi Publik PBB, kepada CBS News.
"Ada juga kesalahan manajemen air dan infrastruktir yang tidak memadai."
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam laporan yang dipublikasikan Rabu (14/3) menyerukan agar dunia mengambil kesempatan untuk mengubah situasi saat ini.
"Kita punya satu kesempatan, untuk mengubah situasi air, dengan bertindak untuk masa depan yang menjanjikan, dunia yang lebih baik, yang tidak akan melihat tetesan air terakhir," kata Ramaphosa, salah satu pemimpin dunia yang turut mengeluarkan laporan.
Cape Town, kota di Afrika Selatan, meski dikelilingi air, bakal menjadi kota besar pertama yang mengalami krisis air. Kota tersebut telah menyiapkan pekan 'Hari Nol', dimana keran-keran air bakal kering. Namun berkat upaya konservatif, otoritas Afrika Selatan menyatakan 'Hari Nol' bisa dicegah setidaknya sampai 2019.
Selain Afrika Selatan, Amerika Serikat juga tengah berusaha mengatasi kelangkaan air. Demikian pula Kanada, dimana para ilmuwan telah memperingatkan sejumlah wilayah bakal mengalami krisis air.