UNPI-CIANJUR.AC.ID - Alkohol dan mariyuana memberikan sensasi yang berbeda saat dikonsumsi. Begitu pun dengan efek yang ditinggalkan.
Penelitian terbaru menemukan bahwa alkohol lebih merusak otak ketimbang mariyuana. Hasil ini didapat setelah ilmuwan dari University of Colorado Boulder, AS melakukan peninjauan terhadap efek alkohol dan ganja atau tumbuhan kanabis di otak.
Studi yang diketuai oleh Rachel Thayer dari Departemen Psikologi dan Neuorologi University of Colorado Boulder ini, dipublikasikan di jurnal Addiction. Tim peneliti mendapati konsumsi alkohol berhubungan dengan perubahan jangka panjang pada struktur materi putih dan abu-abu yang ada di otak, seperti diberitakan CNN Indonesia.
Di sisi lain, konsumsi mariyuana justru tak memperlihatkan efek jangka panjang yang signifikan terhadap struktur otak.
Meski tak berbahaya bagi otak, konsumsi mariyuana di banyak negara dilarang, termasuk di Indonesia. Hanya beberapa negara saja yang melegalkan ganja dengan dosis tertentu seperti Kolombia, Spanyol dan Uruguay.
Di AS, diestimasikan sekita 22,2 juta orang menggunakan mariyuana dalam satu bulan terakhir. Fakta ini membuat mariyuana menjadi obat terlarang yang paling banyak digunakan.
Di sisi lain, penggunaan mariyuana yang diawasi untuk kesehatan justru meningkat di banyak negara. Banyak peneliti kini tengah melakukan studi lebih lanjut soal manfaat mariyuana bagi kesehatan.
Tahun lalu misalnya, Medical News Today melaporkan sebuah penelitian yang menghubungkan penggunaan ganja dengan risiko psikosis yang lebih besar pada remaja. Penelitian lain mengklaim bahwa obat mariyuana lebih buruk daripada rokok untuk kesehatan kardiovaskular.
Tapi di lain sisi, peneliti menemukan cannabinoids, senyawa aktif dalam ganja dapat membantu mencegah migrain. Studi lain menyebut ganja dan meningkatkan gairah seks.