UNPI-CIANJUR.AC.ID - Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, 80,1% dari 558 kecamatan di Jawa Barat tergolong rawan bencana tanah longsor.
Longsor diprediksi bisa menelan banyak korban karena pemerintah daerah dinilai gagal mengelola lereng yang makin sesak pemukiman.
Kepala Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto, seperti dilansir BBC Indonesia, mengatakan, "Jawa Barat penduduknya lebih dari 40 juta jiwa, mereka tinggal di perbukitan, dan hingga saat ini karena kebutuhan pemukiman, kami kutip pemerintah lalai."
Agus menyebut aktivitas manusia berpengaruh besar pada longsor di kawasan lereng, lembah sungai, dan dataran tinggi lainnya. Aktivitas manusia itulah yang membedakan dampak bencana longsor di Jawa Barat dan daerah lain yang memiliki tanah gembur atau lapuk serta mudah menyerap air. "Masyarakat mau tidak mau terus tumbuh di wilayah ini. Lereng tidak stabil karena untuk perumahan."
Di luar faktor manusia, secara geologi, Jawa Barat berada di atas tanah yang mudah menyerap air dan gembur. Faktor itu berkaitan pula dengan kondisi geografis Jabar, jelas Agus. "Ini daerah pegunungan, daerah gunung api, kalau melapuk sangat mudah pecah. Seumpamanya hujan, tanah akan menyerap air sehingga licin dan gembur."
Dalam catatan PVMBG, wilayah Jabar yang paling rawan longsor adalah Sukabumi (44 kecamatan), Garut (42), Bogor (35), dan Cianjur (31).
Adapun, wilayah Jabar yang memiliki potensi longsor paling rendah adalah Bekasi (2 kecamatan), Indramayu (2) dan Cirebon (1).