UNPI-CIANJUR.AC.ID - Tidur dengan lampu menyala, atau cahaya dari televisi yang tidak sempat dimatikan berefek negatif terhadap tubuh. Di antaranya berisiko gangguan tidur dan gangguan kesehatan lainnya seperti depresi, atau kanker.
Pada sejumlah orang, ada yang menolak mematikan lampu saat tidur, karena mereka butuh akan cahaya, atau sumber cahaya lain karena takut akan gelap, menurut Colleen Carney, profesor psikologi di Toronto Kanada.
Dari penelitian yang pernah dilakukannya, Carney berkesimpulan salah satu cara terbaik untuk mengatasi rasa takut itu adalah dengan secara perlahan mecoba tidur dalam gelap, hingga tertidur. Di samping itu, ada beberapa gangguan kesehatan yang berpotensi timbul jika membuat lampu menyala saat tidur.
Christopher Drake, dari Henry Ford Hospital, AS, mengungkapkan, tubuh memiliki pengaturan ritmenya sendiri, termasuk siklus terjaga dan tidur, yang berhubungan dengan cahaya.
Peneliti yang juga pernah menerbitkan buku Chronobiology International mengeksplor perubahan ritme tubuh ini pada mereka yang dapat kerja giliran malam yang mendapat tantangan lebih besar karena mesti tidur ketika matahari sudah naik, dan terjaga malam hari.
Pada dasarnya tubuh memproduksi hormon melatonin sebagai persiapan menjelang tidur. Namun, cahaya menekan melatonin, yang kemudian berujung pada gangguan tidur dan kondisi kesehatan yang buruk.
Hubungan antara cahaya malam hari, gangguan tidur dan risiko kesehatan telah pula menjadi perhatian dunia kesehatan. World Health Organization sendiri telah menganggap kerja malam berisiko terhadap potensi kanker payudara atau prostat, khususnya terhadap cahaya yang berefek negatif terhadap siklus tubuh, termausk siklus tidur dan terjaga.
Menurut penelitian terhadap 1,679 perempuan yang dipublikasikan Chronobiology International, cahaya saat tidur termasuk salah satu faktor yang membuat risiko kanker payudara.
Bahaya lainnya? Penelitian kesehatan yang diterbitkan Molecular Psyhiatry menunjukkan bahkan cahaya redup di malam hari, juga dapat meningkatkan perubahan psikologis yang mengarah pada depresi.
Ungkapan ni disampaikan Tracy Bedrosian, dari The Ohio State University. Menurutnya cahaya rendah pun bisa memengaruhi otak, menganggu ritme tubuh atau menekan hormon melatonin.
Di samping itu, juga menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi. Dari laporan yang dimuat Epidemiology, rotasi kerja malam yang meningkatkan eksposur akan cahaya menganggu siklus menstruasi para pekerja perempuan.
Studi yang dilakukan Nurses Health Study II, seperti dikutip dari Everyday Health, pernah mengungkapkan mereka yang menghabiskan kerja malam, mengalami gangguan sikus menstruasi mereka yang kemudian menjadi tidak teratur.
Di luar gangguan kesehatan di atas, tidur dengan lampu atau cahaya menyala juga berefek terhadap berat badan atau potensi obesitas. Pada uji coba yang dilakukan peneliti terhadap tikus dan diterbitkan Proceedings of the National Academy of Sciences, menyalakan lampu atau cahaya menganggu ritme fisik, dan membuat jadwal makan berantakan. Tikus yang diekpsos cahaya pada malam hari bertambah berat badannya dibanding yang tidak.
Mengingat berbagai bahaya dan gangguan kesehatan saat tidur dengan cahaya menyala itu, dianjurkan untuk mengatasi rasa takut akan gelap, dan mematikan semua yang bercahaya. Tak hanya lampu tapi juga televisi atau cahaya dari layar komputer.
Jika terbangun dari tidur untuk ke kamar mandi atau alasan lainya, juga dianjurkan tidak menghidupkan lampu terang benderang seketika. Sebagai gantinya, lebih baik gunakan lampu senter atau lampu redup yang ditempatkan di satu sudut tertentu di dalam rumah.