UNPI-CIANJUR.AC.ID - Sentimen agama hendaknya tidak ditonjolkan dalam ruang publik termasuk dalam politik di negara majemuk seperti Indonesia karena berpotensi menjadi faktor pemecah persatuan, menurut akademisi Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah, Dr Muzakir Tawil.
Muzakir mengatakan, "Sentimen agama itu harus kita cegah." Menurut Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulteng itu, negara ini akan hancur apabila terjadi gesekan yang sifat dan arahnya kepada keyakinan.
Muzakir juga berharap berbagai perbedaan yang menunjukkan keragaman Indonesia tidak dijadikan sebagai alat untuk memperlemah persatuan, melainkan harus dijadikan modal besar dalam membendung paham-paham dari luar yang merusak keutuhan.
Ia menambahkan, "Kemajemukan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang tidak dimiliki negara lain. Ini harus terus kita jaga demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)."
Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah saling menghargai, saling menghormati, tidak ada yang merasa lebih besar dan tidak ada yang merasa lebih kecil, ujarnya. Pancasila adalah ideologi yang menyatukan berbagai perbedaan yang ada di negara. Oleh karena itu, pemahaman tentang Pancasila harus dijaga dan diturunkan kepada generasi selanjutnya.
Untuk mencegah terjadinya gesekan sosial, agama, dan juga masalah pemahaman kebangsaan maka bangsa Indonesia harus selalu memegang pemahaman ideologi Pancasila secara dasar, tegasnya. "Pancasila itu memberikan kebebasan terhadap semua penganut agama di Indonesia untuk meyakini keyakinannya, kebebasan beribadah, dan saling menjaga toleransi."