UNPI-CIANJUR.AC.ID - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut bahwa penurunan angka pengangguran turun secara konsisten. Demikian pula dengan penyerapan tenaga kerja. Namun, penurunan angka pengangguran itu melambat, termasuk penyerapan tenaga kerja yang melemah.

 

Ia mengatakan, "Kami kawatir melihat kemungkinan bahwa penciptaan lapangan kerja akan terganggu dengan tren teknologi, karena ada teknologi yang menciptakan disruption (gangguan)."

 

Penciptaan lapangan kerja menjadi sangat penting. Untuk itu, pemerintah akan menyiapkan antisipasi guna mendorong penyerapan tenaga kerja, jelasnya. "Teknologi menciptakan inovasi dan disruption. Kebutuhan untuk mengantisipasi tidak hanya retorika, tapi apakah 257 juta penduduk Indonesia yang mayoritas muda bisa menyiapkan diri."

 

Untuk itu, pemerintah, saat ini telah menyiapkan sejumlah langkah guna mendorong kualitas sumber daya manusia (SDM), ujarnya.

 

Sementara itu, Ketua Asosisasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, melihat perusahaan-perusahaan e-commerce saat ini lebih banyak menjual produk impor. Hal ini dikhawatirkan akan sangat berpengaruh pada pengurangan lapangan kerja.

 

Ia mengatakan, "Kalau yang diperdagangkan barang luar negeri semua, lalu apa untungnya untuk ekonomi kita. Kalau pengangguran kemudian meningkat, ini tentu perlu kita sikapi."

 

Selain penyerapan tenaga kerja, Sri Mulyani juga mengakui terjadi pelemahan pada penurunan angka kemiskinan. Padahal, tahun ini, pemerintah menargetkan angka kemiskinan bisa turun dari saat ini sekitar 10,7 persen menjadi di bawah 10 persen dan pada 2019 nanti ke angka 7 persen-8 persen.

 

Menkeu menambahkan, "Tahun depan, kemiskinan kami harapkan turun ke single digit. Itu bahkan tidak pernah terjadi di zaman Presiden Soeharto sekalipun. Ini adalah sesuatu yang sulit tapi akan kami coba wujudkan."