UNPI-CIANJUR.AC.ID - Penelitian baru menunjukkan bahwa orang yang biasa menerima emosi negatif, mengalami lebih sedikit emosi negatif, yang menambah kesehatan psikologis lebih baik.
Sebaliknya, tekanan untuk merasa optimis dapat membuat orang merasa janggal.
Dalam temuan yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, para peneliti menguji hubungan antara penerimaan emosional dan kesehatan psikologis di lebih dari 1.300 orang dewasa di San Francisco Bay Area dan wilayah metropolitan Denver, Colorado.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang yang umumnya menolak untuk mengakui emosi buruk mereka, akhirnya merasa lebih tertekan secara psikologis.
Dalam studi pertama, lebih dari 1.000 peserta mengisi peringkat survei seberapa kuat mereka menyetujui pernyataan tersebut.
Kemudian, di laboratorium, lebih dari 150 peserta ditugaskan untuk menyampaikan pidato video berdurasi tiga menit ke panel hakim sebagai bagian dari aplikasi pekerjaan tiruan, yang mendorong keterampilan komunikasi dan kualifikasi relevan lainnya. Mereka diberi waktu dua menit untuk mempersiapkannya.
Setelah menyelesaikan tugasnya, peserta menilai emosi mereka tentang tugas tersebut. Seperti yang diharapkan, kelompok yang biasanya menghindari perasaan negatif melaporkan lebih banyak kesusahan daripada rekan mereka yang lebih menerima.
Dalam studi terakhir, lebih dari 200 orang mewawancarai tentang pengalaman paling berat mereka selama periode dua minggu.
Pada titik ini, para periset, termasuk penulis utama Brett Ford, asisten profesor psikologi di University of Toronto, Kanada, dan penulis senior Iris Mauss, seorang profesor psikologi di UC Berkeley, hanya dapat berspekulasi mengapa orang menerima emosi tanpa sukacita.
Selanjutnya, mereka berencana untuk melihat faktor-faktor lain, seperti budaya, untuk lebih memahami mengapa beberapa orang lebih menerima 'naik turunnya' emosi mereka daripada yang lain.