UNPI-CIANJUR.AC.ID - Tingkat persentase anak yang mengalami gizi buruk kronis (stunting) di Indonesia telah turun dari 37,2 persen menjadi 27,5 persen dalam kurun waktu tiga tahun atau periode 2014--2016, menurut Menteri Kesehatan Nila Moeloek.
Ia mengatakan, "Kami melakukan pemantauan status gizi saat ini dalam kurun tiga tahun terakhir ini memang turun dari 37,2 persen, sekarang menjadi 27,5 persen, tapi dengan pemantauan status gizi. Namun, angka UNICEF juga menunjukkan angka 29,6 persen, jadi memang ada penurunan."
Menkes juga telah memberikan pemaparan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla selaku ketua Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dalam rapat koordinasi di Kantor Wakil Presiden bahwa meskipun tingkat anak yang mengalami gizi buruk kronis (stunting) menurun, namun penyebarannya masih luas dan dialami lintas kelompok pendapatan.
Nila menambahkan, "Saya kira kalau kita lihat nanti ke daerah-daerah kabupaten atau kota, memang ada daerah yang sudah cukup baik, tetapi masih ada yang disparitas ini terjadi di daerah-daerah tertentu. Nah, kalau kita kaji ini tidak hanya bisa dengan memberikan makanan."
Wilayah timur Indonesia masih menjadi tempat dengan tingkat gizi buruk kronis yang tinggi, meskipun tingkat disparitasnya juga tinggi, kata Menkes.
Oleh karena itu, Menkes juga mengusulkan agar faktor eksternal yang mendukung perbaikan gizi melalui gaya hidup sehat juga harus didorong, terutama melalui pembangunan sanitasi dan penyediaan air bersih. "Kami butuh sanitasi, air bersih, bahwa kalau tidak ada air bersih, dia juga tidak pernah cuci tangan, ya, cacing jadi ikut masuklah."