UNPI-CIANJUR.AC.ID - Para peneliti di Amerika Serikat mengatakan, mengonsumi minuman energi bisa menaikkan tekanan darah dan berdampak terhadap fungsi jantung.
Dampak minuman energi terhadap tekanan darah dan jantung tersebut lebih buruk dari yang diakibatkan oleh kafein, menurut peneliti. Dalam artikel yang dimuat di Journal of the American Heart Association, para peneliti mengatakan selain kafein, kandungan lain di produk tersebut tidak banyak diketahui.
Dalam kajian ini, mereka mencermati perubahan fisik yang terjadi di 18 pria dan perempuan dewasa, yang sembilan di antaranya diberi minuman energi yang tersedia bebas di pasar dan sisanya diberi larutan yang hanya berisi kafein, tanpa bahan lain yang biasa terdapat di minuman energi.
Setelah enam hari, dua kelompok bertukar peran.
Dosis minuman energi yang dipakai adalah 320 mg kafein (setara dengan empat cangkir kopi), 113 mililiter gula, vitamin B dan 'campuran energi' yang biasanya mencakup taurin dan bahan-bahan lain.
Tim ahli yang dipimpin Sachin A. Shah dari Pusat Medis David Grant di Pangkalan Angkatan Udara Travis dan University of the Pacific in Stockton, California kemudian mengukur tekanan darah dan aktivitas listrik jantung 18 peserta penelitian selama 24 jam setelah mengonsumsi minuman energi.
Diketahui bahwa tekanan darah naik lima poin setelah mengonsumsi minuman energi, tapi hanya naik satu poin ketika para peserta penelitian mendapatkan minuman yang mengandung kafein saja.
Para peneliti mengatakan perubahan tidak mengkhawatirkan bagi kesehatan individu, namun mereka yang punya kelainan jantung harus berhati-hati ketika mengonsumsi minuman energi.
Para ahli menegaskan masih perlu penelitian lanjutan untuk menguatkan kesimpulan tentang dampak bahan-bahan nonkafein yang ada di minuman energi.
Pakar kebijakan makanan dari Universitas Connecticut, Jennifer L. Harris kepada kantor berita Reuters, mengatakan, "Minuman energi mengandung 'campuran energi' yang biasanya terdiri atas stimulan dan zat aditif ... beberapa bahan tambahan tersebut belum disetujui oleh badan pengawasan obat dan makanan di AS. Beberapa kajian sudah mendapati dampak dari konsumsi kafein yang dicampur dengan 'bahan-bahan baru' tersebut." Demikian BBC Indonesia.