UNPI-CIANJUR.AC.ID - Perban yang bisa mendeteksi tingkat pemulihan luka dan mengirim datanya ke dokter akan dapat diuji coba dalam 12 bulan mendatang.
Dikembangkan Institute of Life Science di Universitas Swansea, perban tersebut menggunakan teknologi 5G untuk memantau perawatan apa yang perlu dilakukan sekaligus memantau aktivitas pasien.
Profesor Marc Clement, ketua Institute of Life Science (ILS), mengatakan, "5G merupakan kesempatan untuk memproduksi bandwidth yang tangguh dan kuat sehingga bisa diandalkan untuk tujuan layanan kesehatan."
Menurut Clement, perban tersebut memakai teknologi nano untuk mendeteksi kondisi luka dalam periode waktu tertentu.
Clement menjelaskan, "Luka itu akan terhubung melalui infrastruktur 5G. Infrastruktur dalam telepon Anda juga akan mengenali hal-hal mengenai Anda, seperti di mana posisi Anda serta seberapa aktif Anda dalam suatu masa. Kombinasi semua kecanggihan itu membuat dokter tahu kondisi luka dalam suatu waktu yang spesifik dan memutuskan penanganannya kepada individu dan luka tersebut."
Pengobatan tradisional, kata Clement, adalah ketika dokter bertemu pasien dan kemudian meresepkan penanganannya dalam sebulan atau tiga bulan. Akan tetapi, di masa depan, para dokter dimungkinkan untuk mencoba beragam penanganan tergantung individu, gaya hidup, dan pola aktivitasnya.
Clement menambahkan, "Kadangkala kita menghormati dokter sedemikian rupa sehingga kita memberitahu mereka bahwa semua baik-baik saja. Namun di dunia 5G ini semua bukti telah mereka miliki. Dengan begitu, pasien dan dokter bisa bekerja sama menangani penyakit."
Guna memproduksi 'perban pintar' itu, para pakar teknologi nano akan mengembangkan sejumlah sensor kecil. Adapun ILS akan membuar perbannya menggunakan perangkat cetak 3D.
Para pakar di Pusat Inovasi Luka Wales akan dilibatkan dalam uji coba sehingga satu juta orang bisa melakukan uji coba, ujar Clement, seperti diberitakan BBC Indonesia.