Laut dunia sedang mengalami ancaman terkait dengan aktivitas manusia. Di antaranya dari sampah plastik, polusi kimia berbahaya, sehingga praktik pencurian ikan, kata Executive Director World Ocean Summit 2017 Charles Goddard. "Hal ini menjadi tanggung jawab semua pemangku kepentingan, laut telah menghadapi tekanan sebagai akibat dari aktivitas manusia itu sendiri."
Terkait dengan hal tersebut, The Economist menggelar World Ocean Summit 2017 yang digelar pada 22-24 Febuari di Bali. Acara itu akan membahas persoalan laut di antaranya berkaitan dengan pembiayaan di sektor kelautan yang ramah lingkungan. Salah satu pembicara yang direncanakan hadir adalah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Goddard, yang juga memimpin Economist Intelligence Unit, menyatakan saat ini pemerintah menilai laut sebagai sumber pendapatan dan pekerjaan. Namun yang menjadi pertanyaan, kata dia, adalah bagaimana upaya menyeimbangkan aktivitas ekonomi dan lingkungan ekosistem laut itu sendiri.
Terkait dengan hal itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama dengan kementerian terkait saat ini tengah mengupayakan pembersihan sampah plastik.
Sementara itu, Sekretaris Jendral Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaya mengatakan terkait tercemarnya lautan Indonesia oleh puluhan ton sampah plastik, pihaknya memang tidak bisa memungkiri.
Justru kata dia, saat ini pihaknya semakin gencar menghilangkan sampah-sampah plastik ini. Karena menurut Sjarief, sampah plastik bukan hanya menggangu ekosistem perikanan melainkan berbahaya juga bagi masyarakat yang mengkonsumsi ikan hasil tangkapan yang terpapar sampah.
Sjarief mengatakan, "Sampah ini berbahaya, kalau ikan menggigit, beracun, bisa mati ikan itu, begitu pun kita." Demikian CNN Indonesia.