UNPI-CIANJUR.AC.ID - Pola gerakan Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang menyebut bahwa organisasi itu terindikasi pecahan Al-Qiyadah Al-Islamiah yang dahulu dipimpin Ahmad Musadeq diperhatikan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, KH Cholil Nafis mengatakan, "Gafatar ini metamorfosis dari beberapa aliran. Ini yang sedang kita kaji. Salah satunya di beberapa daerah dia terindikasi sebagai pecahan Al-Qiyadah Al-Islamiyah."
Pola gerakan Gafatar di tiap daerah berbeda-beda. Namun, gerakan ini mirip dengan gerakan yang pernah dibawa Ahmad Musadeq, menurut Cholil.
Cholil menjelaskan, "Ada sebagian di Aceh itu memang jelas pecahannya Al-Qiyadah Al-Islamiah Ahmad Musadeq. Ada juga pecahan Dien Abraham."
Apalagi belakangan marak adanya laporan orang hilang secara misterius dan diduga kuat bergabung dengan Gafatar. Untuk itu, MUI saat ini sedang melakukan pengkajian mendalam terkait organisasi ini.
Cholil menegaskan, "Ini kami sedang mendalami dan meneliti secara komprehensif. Nanti setelah ada kesimpulan dari hasil penelitian, akan kami sampaikan dengan terbuka soal Gafatar ini."
Beberapa tahun yang lalu saat muncul orang bernama Ahmad Musadeq yang mengaku sebagai nabi setelah Nabi Muhammad, Al Qiyadah Al Islamiah pernah ramai diperbincangkan. Al-Qiyadah Al-Islamiah dinyatakan organisasi terlarang dan akhirnya dibubarkan.
Musadeq saat itu merekrut banyak orang dan mengajarkan ajaran yang dianggap menyimpang, termasuk dalam tata cara beribadah.
Menurut mereka, Indonesia masih dijajah neokolonialis. Di sisi lain, para pejabat serakah dan kerap bertindak amoral. Dasar pendirian organisasi adalah belum merdekanya Indonesia.
Mereka memajang dokumentasi kegiatan seperti perkemahan, pelatihan kebencanaan, pelatihan untuk remaja, dan lain-lain. Program kerja Gafatar di antaranya ketahanan dan kemandirian pangan.
Setelah hilangnya dokter Rica Tri Handayani dan anak balitanya, Zafran Alif Wicaksono, Gafatar mulai mencuat. Polisi menduga Rica bergabung dengan salah satu organisasi bernama Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar.
Sejauh ini, Kepolisian RI belum mendalami dan memetakan secara spesifik tentang misi serta tindak tanduk Gafatar. Namun polisi masih menganalisis keberadaan Gafatar di Indonesia.