Kenali Brain Friendly Learning, dapat mempengaruhi kinerja Otak dalam Pembelajaran
Medcom.id/UNPI • Kamis, 21 Juli 2022 14:43 Wib
Sumber Foto : harapan rakyat.com/UNPI
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Perihal brain friendly learning, dr. Hermanto Tri Joewono (dokter Fakultas Kedokteraan Universitas Airlangga) menjelaskan brain friendly learning ialah kerja otak dalam pembelajaran dan pendidikan. Lebih lanjut dr. Hermantor menuturkan, ada tujuh hal yang dapat mempengaruhi kinerja otak.
Pertama, kapasitas otak manusia tidak terbatas, otak manusia memiliki kapasitas memori yang tidak terbatas selama individu dapat memanfaatkan dengan baik.
Kedua, setiap otak unik. Hal ini lantaran setiap individu memiliki genetik dan pengalaman yang variatif sehingga setiap otak memiliki karakteristik yang tidak sama.
Hermanto menyebut kerja otak ini sama halnya dengan cara belajar dan menyerap ilmu tiap orang yang berbeda. Sehingga semestinya metode pengajaran pada setiap orang itu berbeda-beda.
Dalam hal ini, dikutip dari laman unair.ac.id (Kamis, 21 Juli 2022) dr. Hermanto mengusulkan adanya adaptif personalized curriculum, yaitu kurikulum itu tidak hanya satu metode untuk semua jenis mahasiswa.
Ketiga, visualisasi. dr, Hermanto menuturkan ada korelasi antara sensori dan motorik dalam tubuh yang saling berkaitan.
Keempat, burnout atau kondisi stres dan kelelahan, baik fisik maupun mental, salah satunya dalam hal pekerjaan.
Hermanto menyebut burnout turut memengaruhi kinerja dalam bekerja yang menjadi tidak maksimal.
“Kalau terlalu lama bekerja akan menimbulkan dampak kurang baik. Termasuk dalam hal ketika mengambil keputusan, dan apabila keputusan tersebut dijalankan akan turut membahayakan pasiennya (untuk seorang dokter).”
Kelima, menjadi momok. Hermanto mengatakan otak juga dapat mereproduksi emosi yang penting dalam hal pembelajaran.
Adanya bagian otak yang disebut amigdala akan bekerja atau bertindak reflek ketika diri dalam keadaan terancam.
Keenam, pengaruh negatif feedback.
Menurutnya, feedback tidak selalu positif namun setiap dari feedback negatif akan dirupakan positif.
Ketujuh, active participation, yakni digambarkan dalam hal belajar mengajar di kelas yang mana peserta harus lebih aktif ketimbang dosen.
Hermanto menyebut peserta harus lebih aktif menggali materi dan menginstruksikan sendiri agar semakin paham. “Peran dosen hanya membantu saja. Bukan yang mengisi gelas kosong atau memindahkan isi dari buku ke otak peserta atau mahasiswa,” ucap Hermanto.
Dia juga berpesan agar mengurangi kegiatan yang bertentangan dengan cara otak bekerja. Seperti satu metode belajar untuk semua mahasiswa, passive participatory, bullying, burnout, dan negative feedback.