Pembelajaran Jarak Jauh Tak Mesti Full Online
unpi/medcom.id • Kamis, 04 Juni 2020 13:03 Wib
Sumber Foto : fondazionestudi.it
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Strategi blended learning atau pembelajaran campuran dapat menjadi solusi untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ) di tahun ajaran 2020/2020, menurut Rektor Pradita University, Richardus Eko Indrajit menjelaskan. Sebab konsep pembelajaran jarak jauh tidak melulu tentang pembelajaran online atau daring, melainkan juga luring atau perpaduan antara keduanya.
Eko menegaskan, bahwa PJJ bukan berarti harus full dilakukan dalam jaringan (daring). Tetapi juga bisa luar jaringan (luring) atau perpaduan antara keduanya. "Blended learning, campuran metode tatap muka dengan online. PJJ itu bukan artinya harus selalu online, bisa daring bisa luring. Offline seperti Universitas Terbuka memberikan modul tugas siswa melalui pos," kata Eko dalam dalam Webinar Kepemimpinan Transformatif, di kanal YouTube Universitas Sanata Dharma, Rabu, 3 Juni 2020.
Ia pun menjelaskan, terkait sinkronus dan asinkronus. Sinkronus berarti guru dan siswa belajar di waktu yang sama, seperti tatap muka di sekolah atau secara virtual. Sementara asinkronus, siswa belajar di waktu yang berbeda dengan gurunya, misalnya siswa mendapatkan tugas untuk dikerjakan di rumah.
Startegi yang harus dilakukan adalah meracik pembelajaran daring sinkronus dan asinkronus serta luring asinkronus secara tepat. Karena sementara ini tatap muka di kelas tidak dapat dilakukan. "Sekolah harus bisa nge-blend tiga itu, asinkronus online, asinkronus offline, dan sinkronus online," ujarnya, dilansir Medcom.id.
Ia pun mengingatkan, agar tidak ada lagi alasan bahwa tatap muka lebih baik daripada daring. Saat ini fokusnya adalah bagaimana mencampur tiga pembelajaran tersebut.
Hal Ini penting, karena selama PJJ guru lebih sering melakukan asinkronus online dengan memberikan tugas seabrek kepada siswa, yang akhirnya membuat siswa kelabakan. “Saat pembelajaran normal tidak setiap kelas ada tugas, menjadi beban, benci belajar karena sekolah belum membuat skenario,” tuturnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, kata dia, perlu kepemimpinan transformatif, yakni kepala sekolah dengan otoritas yang diberikan kepadanya benar-berusaha menjadi pendukung yang dilayaninnya bisa ikut mengambil peran. Artinya kepala sekolah berkolaborasi dengan orang tua dan guru untuk menyusun startegi ini.
Salah satunya terkait mengajarkan sikap atau karakter yang tidak bisa dilakukan saat PJJ. Itu bisa dilakukan oleh orang tua, karena anak berada di rumah dan dalam pengawasan orang tua.
"Tiap sekolah pasti akan beda-beda ramuannya. Tergantung tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, sarana, dan prasarana, kesiapan infrastruktur, literasi pedagogik pendidik, tergantung kerja sama dengan orang tua. Dipetakan ramuan blended learning yang tepat," tuturnya.