Masuk Peringkat SINTA Memudahkan Dosen Naik Jabatan
unpi/medcom.id • Jumat, 29 Mei 2020 13:20 Wib
Sumber Foto : kemenristek/brin
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek BRIN), Bambang Brodjonegoro menyebut, dengan masuk ke pemeringkatan Science and Technology Index (SINTA), dosen peneliti memiliki banyak kelebihan. Tidak hanya membuat dosen lebih dikenal, namun juga memudahkan dosen untuk naik jabatan.
Bambang menyebut, sebelumnya banyak peneliti yang tidak dikenal publik meski telah melakukan publikasi jurnal ilmiah, paten bahkan sampai hak kekayaan intelektual properti.
"Karena ada SINTA, nama-nama mereka yang masuk dalam ranking tersebut akhirnya muncul. Tadinya mungkin tidak terlalu dikenal, lebih dikenal. Insentif yang utama bagi baik dosen peneliti," kata Bambang dalam konferensi video Pemeringkatan Peneliti SINTA, Kamis, 28 Mei 2020.
Tidak hanya itu, dengan tercatat di pemeringkatan SINTA ini, lanjut Bambang, juga akan memudahkan dosen untuk naik jabatan. Karena karyanya terekam dengan baik di SINTA dan menjadi bukti yang kuat sebagai produktivitas.
"Sehingga nanti misalkan butuh kredit naik jabatan fungsional lektor, lektor kepala sampai guru besar maka yang tercatat dalam SINTA menjadi bukti yang kuat," ungkapnya, dilansir Medcom.id.
Insentif tersebut kata Bambang, seharusnya bisa memacu agar dosen lebih produktif melakukan penelitian dan mempublikasikan karya ilmahnya. Sehingga bisa tercapai seratus persen dosen terdata di SINTA. Tercatat saat ini baru 74 persen dosen yang namanya terdata di SINTA.
Bambang pun menuturkan, ada beberapa alasan mengapa saat ini jumlah dosen yang terdata di SINTA belum 100 persen. Salah satunya adalah karena karya imliahnya masih terbatas.
"Kalau ada dosen yang 26 persen belum bergabung, ada beberapa alasan, mungkin ada junior, belum punya karya ilmiah, masih terbatas," ungkapnya.
Selain itu, bisa juga dosen tersebut saat ini masih fokus pada pendidikan. Terutama di kampus yang kecil ataupun baru. Sehingga penelitian dan pengabdian masyarakat belum menjadi prioritas.
"Untuk bebeberapa universitas, penelitian pengabdian masyarakatnya belum menjadi prioritas, masih fokus di pendidikan," sambungnya.