Akhir Pandemi Mundur jika Masyarakat Nekat Mudik
unpi/medcom.id • Senin, 27 April 2020 12:23 Wib
Sumber Foto : tempo.co
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Persebaran virus korona (covid-19) di Indonesia mereda akhir Juli 2020 dengan proyeksi total pasien positif terinfeksi di angka 31 ribuan kasus, menurut prediksi Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Dedi Rosadi. Namun, prediksi akhir pandemi ini bisa meleset akibat sejumlah hal, salah satunya fenomena mudik.
Dedi menyatakan fenomena mudik pada Mei secara masif atau bentuk migrasi lain dari daerah pusat penyebaran, khususnya zona merah, sangat berpotensi ditunggangi virus. Makanya, pemerintah memilih melarang kegiatan mudik sejak 24 April 2020.
Menurut dia, larangan ini sejalan dengan upaya pengendalian risiko wabah yang bila ditaati akan menghambat tumbuhnya klaster-klaster penyebaran baru di seluruh Indonesia. Pencegahan tumbuhnya klaster baru ini penting agar wabah tidak mundur lebih lama ke belakang.
"Yang berakibat akhir wabah di setiap wilayah akan berbeda-beda. Akhirnya menyebabkan perkiraan laju tambahan jumlah kasus di setiap wilayah akan berbeda-beda, dan akan memengaruhi timeline dan nilai akhir total prediksi nasional," terang Dedi, dilansir Medcom.id.
Dedi menambahkan faktor penting lainnya yang perlu diperhatikan yakni kondisi dan usaha untuk merubah kecepatan penularan, bahkan memutus total rantai penularan penyakit. Ini bisa dilakukan melalui pengendalian yang efektif terhadap episentrum-episentrum penyebaran virus yang telah ada, khususnya kelompok provinsi zona merah.
Apabila semua klaster dan episentrum yang telah diketahui bisa dikendalikan dengan efektif, kata dia, wabah bisa selesai jauh lebih cepat dengan jumlah kasus lebih kecil. Terlebih, pada saat yang sama pencegahan maksimal terhadap kemungkinan tumbuhnya klaster baru di setiap daerah dilakukan dengan baik.
"Sebaliknya, jika pengendalian tidak berhasil dilakukan maka timeline wabah akan mundur dan jumlah penderita yang lebih besar dari prediksi sementara masih mungkin terjadi," ujarnya.
Konsistensi pemerintah juga menjadi faktor penentu akhir pandemi. Tingkat kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap imbauan pemerintah juga tak kalah menentukan.
Dedi menyatakan, masyarakat harus semaksimal mungkin melaksanakan anjuran berdiam diri di rumah. Jika terpaksa beraktivitas keluar rumah, hendaknya selalu memaksimalkan usaha-usaha untuk melindungi diri melalui social dan physical distancing, memakai masker, cuci tangan dengan sabun, dan gaya hidup sehat lainnya.
"Upaya-upaya preventif pengendalian lain juga perlu terus dilakukan dan dilaksanakan oleh masyarakat secara disiplin sampai pandemi benar-benar berlalu," ujarnya.
Dedi merumuskan prediksi akhir pandemi bersama sejumlah pakar lain, yaitu alumnus FMIPA UGM Heribertus Joko, dan alumnus PPRA Lemhanas Fidelis I Diponegoro. Dedi membuat permodelan probabilistik dengan dasar data nyata atau probabilistik data driven model (PDDM), dengan asumsi waktu puncak tunggal.