Peningkatan Literasi Bukan Sekadar Tingkatkan Daya Baca
unpi/republika • Senin, 09 September 2019 11:36 Wib
Sumber Foto : mitpress.mit.edu
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Peningkatan daya literasi anak bukan sekadar meningkatkan daya baca. Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatra Barat Prof Sufyarma Marsidin mengatakan literasi juga terkait pembelajaran.
"Literasi bukan hanya persoalan membaca saja namun lebih menitikberatkan pada budaya belajar dan pembentukannya harus dilakukan secara berkelanjutan," katanya.
Dalam meningkatkan daya literasi anak harus ditopang oleh tiga zona, yakni zona sekolah, zona masyarakat, dan zona keluarga. Ketiga zona harus saling menguatkan sehingga proses pembelajaran anak menjadi sempurna, menurutnya, dilansir Republika.
Ia mengatakan selama ini sekolah telah mengambil perannya dalam peningkatkan daya baca namun peran masyarakat dan keluarga yang masih rendah. "Ketiga zona tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan saling menopang satu dengan yang lainnya. Jika sekolah saja yang bekerja dan yang lain tidak tentu target yang kita inginkan tidak akan terwujud," katanya.
Apalagi, katanya, khususnya di setiap keluarga. Ia mengatakan seharusnya orang tua mulai dari ayah dan ibu harus mengambil peranuntuk meningkatkan daya baca anak di rumah.
Ia menilai selama ini banyak orang tua yang abai karena masing-masing sibuk dengan ponsel pintar mereka dan pekerjaan yang dibawa ke rumah. Akibatnya, tidak terjalin komunikasi yang baik dengan anak-anaknya.
"Selain komunikasi, pembelajaran dari orang tua kepada anak tidak terjadi. Ruang makan merupakan tempat yang tepat untuk membicarakan semua, termasuk mendidik anak-anak. Ini yang harus diperhatikan," katanya.
Ia menilai untuk Sumatra Barat, masyarakatnya lebih senang bercerita. Melalui cerita, orang tua dapat memindahkan pengalaman yang mereka miliki kepada anak-anak mereka.
"Mulai membicarakan adat, budaya, pendidikan semuanya bisa diceritakan namun yang terpenting adalah bukan cerita kosong," katanya.
Ia mengatakan setiap keluarga harus kembali pada pendidikan informal, yaitu pendidikan yang tidak mereka dapatkan di sekolah namun di dalam keluarga dan masyarakat. "Jika semua berjalan dengan baik tentu anak-anak memiliki wawasan yang luas dan memiliki rasa ingin tahu yang besar dan tentunya mereka akan membaca," katanya.