Kemenristekdikti Kirim 45 Mahasiswa/i Pelajari Pesatnya Teknologi Tiongkok
unpi/infopublik • Senin, 17 Juni 2019 12:30 Wib
Sumber Foto : kemristekdikti
UNPI-CIANJUR.AC.ID - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengirim 45 mahasiswa/i dari beragam perguruan tinggi ke Tiongkok atau Republik Rakyat China (RRC) untuk mempelajari kelebihan dari teknologi negara tersebut.
Nasir berharap dengan mengunjungi beberapa pusat teknologi dan universitas ternama di Tiongkok, para mahasiswa/i dapat menilai pengembangan teknologi di Tiongkok secara langsung tanpa adanya informasi asimetris atau informasi yang kurang lengkap sehingga mereka dapat mempelajari kelebihan dan kemajuan pesat teknologi Tiongkok untuk turut diterapkan di Indonesia setelah mereka lulus.
"Ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan kerja saya ke Tiongkok di Bulan April 2019 dan pertemuan saya dengan Dubes Tiongkok pada beberapa waktu yang lalu. Kemenristekdikti telah menjalin kerjasama aktif dengan Tiongkok sejak Tahun 2015, dan diwujudkan dengan berbagai kerjasama di bidang Iptek, Inovasi dan Pendidikan Tinggi. Beberapa contoh kerjasama Iptek, antara lain adalah antara Tsinghua University dan BATAN Indonesia untuk HTGR (High Technology Gas Cooled Reactor), kerjasama pengembangan teknologi kereta cepat, kerjasama bioteknologi, disamping kerjasama pertukaran pelajar seperti kali ini", ujar Menristekdikti Nasir seperti yang dikutip dari Siaran Pers Kemenristekdikti, Jumat (14/6).
Program serupa (pengiriman pelajar Indonesia ke negara mitra) dibawah koordinasi Direktorat Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Mahasiswa (Belmawa) juga akan ditujukan untuk kunjungan kerja (studi banding) ke negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan negara maju lainnya.
"Apa keunggulan Iptek dan Inovasi mereka (negara maju), apa kelemahan kita (Indonesia) ini harus kita pelajari. Saya ingin ke depan mahasiswa/i Indonesia sebagai calon pemimpin Indonesia masa depan, mampu berpikir inovatif untuk mencapai target-target 'Sustainbility Development Goals (SDGs). Penguasaan teknologi dan inovasi merupakan salah satu strategi mutlak, guna menghadapi bonus demografi. Tidak ada suatu bangsa didunia yang akan maju, jika teknologi dan inovasi belum dapat dikuasai. Saya menginginkan agar para mahasiswa/i tidak lagi (berpikir) kemana saya nanti mencari pekerjaan jika lulus? Adik-adik, saya yakini akan mampu menguasai teknologi yang tepat untuk masa depan " ungkap Menristekdikti dalam Pelepasan Delegasi Mahasiswa Indonesia Kunjungan ke Tiongkok oleh Styles Jakarta Airport di Cengkareng, Tangerang selepas shalat Jumat (14/6).
Selain mengunjungi Kantor Pusat Huawei Technologies di Kota Shenzen, 45 mahasiswa yang dipilih tersebut selama sepekan akan mengunjungi berbagai lokasi meliputi Peking University di Kota Beijing, Hebei Normal University di Kota Shijiazhuang, Hebei Museum di Kota Shijiazhuang, International Horticultural Exhibition 2019 Beijing, Tembok Besar China bagian Badaling dekat Kota Beijing, Komplek Istana Kekaisaran Kota Terlarang, dan Istana Musim Panas Dinasti Qing. Selain untuk mempelajari teknologi, mereka diharapkan dapat mempelajari kebudayaan Tiongkok dan juga menikmati keindahan alam dan keramahan masyarakat di RRC.
Menristekdikti juga mengutip, bahwa di Indonesia ada pepatah mengatakan bahwa "Belajarlah sampai ke negeri China", dan hal itu benar karena hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok memang lebih harmonis dalam dekade terakhir ini. Para pelajar Indonesia mendapatkan fasilitasi akomodasi selama berada di Jakarta sebelum dan sesudah penerbangan ke Tiongkok beserta uang saku dari Kemenristekdikti, serta penerbangan pergi - pulang Jakarta - Tiongkok, dan akomodasi dari Pemerintah RRT. Ini merupakan bagian dari kerjasama bilateral di bidang Iptekdikti.
Terkait dipilihnya Tiongkok untuk program kunjungan mahasiswa ini, Menteri Nasir menyampaikan bahwa RRC saat ini berkembang sangat cepat di lihat dari perspektif pertumbuhan ekonomi dan pengembangan Iptek dan Inovasi, yang dapat menjadi acuan bagi penembangan Iptek dan Inovasi di Indonesia, maupun bagi negara lain di dunia.
"Kita (Indonesia) harus menyiapkan diri. Bangsa Indonesia tidak bisa lagi hidup protektif maupun ekslusif. Tidak ada satupun Negara di dunia yang tidak bekerja sama dengan mitra Internasional, karena kita hidup berdampingan di bumi ini. Negara Indonesia tidak bisa menolak kecepatan, dan atau kemajuan teknologi, karena kita akan terisolir dalam kehidupan yang statis dan tidak berkembang jika kita tidak mengikuti perkembangan jaman. Contohkan pada diri kita sendiri saja, kalau kita tidak mau bergaul dengan orang, kita di kamar saja tidak punya teman,” ungkapnya.
"Oleh sebab itu, adik-adik mahasiswa/i, harus memanfaatkan peluang kunjungan kerja ini. Mungkin analoginya adalah, untuk menghadapi tantangan global, jangan mundur dan melihat perkembangan teknologi sebagai ancaman, tetapi sebaliknya bagaimana kita harus mencari solusi strategis menjadikan tantangan global tersebut menjadi peluang untuk menciptakan teknologi maupun inovasi baru," tutur Menristekdikti.
Kunjungan selama seminggu bagi 45 mahasiswa/i ini adalah program pertama di Tahun 2019 yang diadakan Kemenristekdikti. Kementerian sedang merencanakan kunjungan serupa ke negara-negara lain bagi mahasiswa Indonesia.