UNPI-CIANJUR.AC.ID - Peneliti pada Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memanfaatkan limbah sawit dengan mengolah tandan kosong kelapa sawit menjadi bioplastik murni yang mudah terdegradasi secara biologis.
Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI Agus Haryono mengatakan, "Bioplastik dengan biobased ini merupakan bioplastik murni yang 100 persen dibuat dari bagian tanaman atau biomassa. Yang kami kembangkan saat ini berasal dari tandan kosong kelapa sawit." Pengembangan plastik ini, memanfaatkan polimer yang diperoleh dari poliasam laktat (PLA), yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit, yang telah melewati proses fermentasi.
Proses fermentasi tersebut, dilakukan dengan menggunakan mikroba. Dan polimerisasi baru dilakukan setelah pemurnian asam laktat dilakukan mikroba. "Hasilnya, poliester yang mudah terdegradasi secara biologis," katanya.
Agus menjelaskan bioplastik dari PLA ini lebih getas dan kaku, namun dapat dikombinasikan dengan plasticizer dari alam supaya lebih lembut. Bioplastik dari singkong pun, juga sebenarnya getas namun bisa diperkuat. "Harganya masih mahal, delapan kali lipat dari plastik biasa."
Meski demikian, ia mengatakan yakin jika permintaan bioplastik murni ini akan meningkat saat harga minyak bumi melonjak lagi, dan permintaan plastik semakin tinggi, sehingga produksi akan meningkat dan harga menjadi semakin murah. Dengan melakukan efisiensi dalam proses pembuatan dan membuatnya skala besar, akan membuat harga bioplastik murni akan menjadi murah.
Pemanfaatan bioplastik "biobased" yang karbonnya terbuat dari bahan terbarukan seperti gula, pati atau minyak nabati ini, lanjutnya, sudah banyak digunakan di Eropa terutama untuk keperluan media seperti tempat obat.
Perdebatan, masih terjadi terkait plastik yang terdegradasi. Versi pertama berpendapat plastik yang terdegradasi merupakan yang mudah terurai menjadi serpihan kecil berukuran mikro, namun versi kedua berpendapat bahwa plastik harus bisa terurai dan menjadi gas dan oksigen, kata Agus.