UNPI-CIANJUR.AC.ID - Sejarah peradaban manusia meninggalkan naskah, kode, dan juga tulisan dengan beragam makna. Beberapa berhasil diungkap artinya oleh manusia, tetapi banyak juga yang masih misterius. Berikut ini tulisan kuno asal Indonesia.
Aksara Abugida (Batak)
Surat Batak adalah sebuah jenis aksara yang disebut abugida, jadi merupakan sebuah perpaduan antara alfabet dan aksara suku kata. Setiap karakter telah mengandung sekaligus konsonan dan vokal dasar. Vokal dasar ini adalah bunyi /a/. Namun dengan tanda diakritis atau apa yang disebut anak ni surat dalam bahasa Batak, maka vokal ini bisa diubah-ubah.
Aksara Lampung
Aksara Lampung memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Jenis tulisannya fonetik bersuku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam huruf Arab, dengan menggunakan tanda-tanda fathah pada baris atas dan tanda-tanda kasrah pada baris bawah, tetapi tidak menggunakan tanda dammah pada baris depan, melainkan menggunakan tanda di belakang, di mana masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Konon, dulunya gadis-gadis asli Lampung memiliki kemampuan memikat lawan jenisnya dengan mantra-mantra pengasih yang dituliskan di atas media kulit kayu.
Huruf Incung dan Rancong Kerinci (Jambi)
Dalam Tambo Kerinci yang disalin oleh Dr. Voorhoede, R. Ng. Dr. Purbacaraka, H. Veldkamp Conteleur BB, Ny. M.C.J Voorhoeve Bernelet Meens, kita temui bahwa hampir setiap benda pusaka terdapat tulisan Incung seperti yang ditemukan pada 87 buah tanduk sapi dan kerbau, 24 buah pada ruas buluh (bambu), 4 buah tabung buluh, 8 buah kertas gulungan, 3 daun lontar atau pada kulir kayu (daluang), beberapa tulisan pada mangkuk, tapak kaki gajah, tulang dan pecahan barang keras lainnya. Benda pusaka itu bisa dilihat ketika penyimpanannya secara adat diturunkan pada saat perhelatan akbar, seperti Kenduri Sko (Kenduri Pusaka).
Aksara Jawa kuno (Hanacaraka)
Hanacaraka atau dikenal dengan nama carakan atau cacarakan adalah aksara turunan aksara Brahmi yang digunakan untuk naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, bahasa Palembang, dan bahasa Sasak). Aksara Jawa modern adalah modifikasi dari aksara Kawi dan tergolong aksara abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata 'hari'. Aksara Na yang mewakili dua huruf yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata 'nabi'.
Aksara Bali
Aksara Bali adalah aksara tradisional masyarakat Bali. Aksara Bali merupakan suatu abugida yang berpangkal pada huruf Pallawa. Aksara ini mirip dengan aksara Jawa. Perbedaannya terletak pada lekukan bentuk huruf. Aksara Bali berjumlah 47 karakter, 14 di antaranya merupakan huruf vokal (aksara suara). Huruf konsonan (aksara wianjana) berjumlah 33 karakter. Aksara wianjana Bali yang biasa digunakan berjumlah 18 karakter. Juga terdapat aksara wianjana Kawi yang digunakan pada kata-kata tertentu, terutama kata-kata yang dipengaruhi bahasa Kawi dan Sanskerta.
Aksara Bugis (Lontara)
Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar atau lebih luas sebutan naskah bagi rakyat Sulawesi Selatan. Kata ini diambil dari lontar atau palem tal (Borassus flabellifer). Dengan begitu, lontaraq adalah naskah yang ditulis pada daun tal, tradisi yang juga dilakukan oleh orang Sunda, Jawa, dan Bali dalam menulis naskah.
Aksara Rejang (Bengkulu)
Aksara Rejang dikenali sebagai nama tempatan Surat Ulu, ialah satu abugida keluarga tulisan Brahmi, dan berkait dengan aksara-aksara lain di kawasan itu, seperti aksara batak, aksara Bugis dan lain-lain. Aksara Rejang adalah ahli kepada kumpulan aksara-aksara Surat Ulu berkait rapat yang mengandungi varians aksara Bengkulu, Lembak, Lintang, Lebong dan Serawai. Aksara itu digunakan sebelum kedatangan Islam ke kawasan Rejang; dokumen terawal yang menjadi bukti adalah bertarikh pertengahan kurun ke-18M.
Aksara Kaganga (Sunda)
Aksara Sunda masuk dalam kategori unik yang dikemudian disebut aksara Kaganga. Menurut penelitian, ada beberapa macam huruf yang digunakan oleh orang Sunda pada zamannya. Pertama adalah huruf Kaganga kuno, kedua adalah huruf Kaganga modern yang merupakan huruf Sunda aslinya, ketiga adalah huruf Brahmi Pra Asoka, dan keempat adalah huruf Brahma Masa Asoka yang berasal dari India.